oleh

Ade Indra Chaniago: Hati-hati Dengan Calon Pemimpin Munafik dan Berlagak Terzolimi

 

Banyuasin, Jurnalsumatraonline.com- Berbagai upaya dan strategi dilakukan untuk merebut hati rakyat dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), ternyata strategi merasa jadi korban dan merasa terzolimi (playing victim), turut digunakan kandidat calon kepala daerah untuk menutupi kegagalan atau kesalahan dimasa lalu.

Hal itu seperti diungkap langsung Ade Indra Chaniago Pengamat Politik Sumsel Minggu (15/9/24) mengatakan, hari ini semakin dalam konteks pesta demokrasi atau pilkada, berbagai upaya maupun strategi dilakukan para calon kepala daerah untuk merebut hati rakyat.

Namun dalam berbagai strategi itu masyarakat sebagai pemilih dan penentu pemimpin masa depan, harus melihat jernih berbagai strategi yang ditampilkan kandidat itu, mulai dari program dan visi misinya, maupun sikap yang ditunjukan calon pemimpin itu dalam menyikapi isu-isu pembangunan yang ada maupun keluhan masyarakat yang berkembang saat ini, terangnya.

Baca Juga: KPU OKI Buka Masukan dan Tanggapan Masyarakat Untuk Paslon Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2024

“Jadi harus dipahami terlebih dahulu sebagai calon pemimpin, bahwa keluhan masyarakat yang diangkat keruang publik saat ini adalah bentuk dari demokrasi. Namun bila calon pemimpin itu kemudian bersikap merasa diserang dan terzolimi, artinya calon pemimpin seperti ini mendelegasikan bahwa dirinya adalah pecundang karena hal seperti ini kebiasaan orang munafik,” tegasnya.

Menurut Ade merupakan salah satu aktivis 98 tersebut mengungkapkan, negatif campaign dalam konteks demokrasi itu adalah halal, apalagi saat ini pesta demokrasi jadi apabila masyarakat mengeluarkan unek-unek dan keluhannya terkait pembangunan, maupun kegagalan-kegagalan pembangunan dari rekam jejak yang bersangkutan.

Jadi apa muncul hari ini keruang publik tidak ada yang menyerang maupun yang diserang, namun lebih ke arah mengingatkan bahwa ini tipe pemimpin yang tidak bisa dipercaya omongannya dan itu fakta. Artinya hal yang harus dilakukan yang bersangkutan jawab saja apa yang menjadi keluhan masyarakat itu, dan tidak perlu membela diri kalau gagal katakan gagal tidak harus menjadi pecundang atau bersikap munafik, sindirnya.

“Jadi respon saja secara positif apa yang menjadi keluhan-keluhan masyarakat, kalau tidak mampun minta maaf dan bila perlu mundur dari pesta demokrasi. Jangan seolah-olah dia bersikap merasa diserang dan terzolimi, padahal dia sendiri adalah pelaku sejarah dan dia sendiri yang berjanji dalam kepemimpinannya dimasa lalu itu namanya pecundang,” timpal Ade.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed