BANYUASIN, jurnalsumatra.com – Miris, kedatangan investor yang seharusnya dapat mensejahterakan, dan mempermudah masyarakat sekitar perusahaan. Ternyata berbanding terbalik dengan apa yang dialami 20 Kepala Keluarga (KK) di Desa Meranti Kecamatan Suak Tapeh.
Pasalnya sejak akses jalan pertanian menuju kebun-kebun warga tersebut, diputus dan digali menjadi parit isolasi oleh PT. SAJ, perusahaan perkebunan sawit, akibatkan puluhan warga disana, kesulitan mencari nafkah, karena tidak bisa menyadap getah karet yang ada di kebunnya.
Joko (55) warga setempat kepada JURNALSUMATRA mengatakan, Keberadaan akses jalan itu sudah ada dan dipakai sejak tahun 1984 oleh warga, pada saat itu asal jalan yang merupakan batas Desa Lubuk Lancang dan Desa Lubuk Karet tersebut dibuat untuk mempermudah masyarakat untuk mengangkut hasil perkebunan.
“Adanya akses jalan itu jauh sebelum datangnya perusahan PT. SAJ, bahkan semua saksi sejarahnya masih ada. Namun semenjak akses jalan itu ditutup, dengan cara digali parit milik dan oleh perusahaan tersebut beberapa bulan lalu, akhirnya menimbulkan konflik hingga saat ini dengan warga,” terangnya.
“Akibat pemutusan akses jalan itu sebanyak 20 Kepala keluarga tidak bisa melintas untuk menyadap karet ke kebun, padahal akses jalan itu tidak masuk dalam lahan warga yang beli oleh pihak perusahan itu,” ungkapnya.
Sejauh ini, katanya, upaya yang kita lakukan untuk mencari keadilan bersama puluhan warga lainya, sudah sampai ke tingkat Pemerintah Kabupaten Banyuasin dan DPRD Banyuasin.
“Namun tidak ada tanggapan, padahal surat yang pihaknya kirimkan untuk minta difasilitasi sudah dikirimkan, bahkan hingga saat ini Pemdes juga seperti sudah lepas tangan,” keluhnya.
Hal yang sama juga dikeluhkan Sopran Sofian, mewakili warga lainnya mengungkapkan, Jadi ceritanya setelah akses jalan itu diputus puluhan warga sempat melakukan penimbunan, agar akses jalan itu bisa tetap dilalui, namun akibat hal itu pihak perusahan bereaksi dan seperti mengintimidasi warga.
“Seperti kemarin di kantor Desa, entah oknum polisi dari Polsek mana, seolah ingin memfasilitasi mencari jalan tengah, namun dari oknum tersebut seperti ada penekanan dengan cara menakut-nakuti bila hal itu dibawah ke rana hukum. Padahal sebelum membuat parit isolasi seperti itu, seharusnya pihak perusahan juga melakukan kajian lingkungan apakah berdampak bagi masyarakat atau tidak,” tanyanya.
“Justru ini sebaliknya, keberadaan perusahaan, datang seperti ingin menjajah masyarakat di Negeri sendiri, kami sangat berharap Pemerintah Kabupaten Banyuasin dan DPRD bisa membantu kami, dalam hal mencari jalan terbaik karena melalui jalan itulah merupakan akses terdekat warga ke kebun, kalau disuruh memutar rasnya ini mempersulit warga,” harapnya.
Komentar