oleh

Menelisik potensi penyandang disabilitas di pentas olahraga

Semua bisa dimaklumi tatkala melihat kenyataan bahwa para penyandang disabilitas ini sebelumnya juga harus bertarung dengan diri sendiri dalam mengatasi keterbatasan fisik hingga akhirnya perlahan-lahan terbangun kepercayaan diri untuk menggapai prestasi setinggi-tingginya.

Dengan demikian, tahapan-tahapan sejak menjaring hingga menempa mereka menjadi atlet handal itu pastinya sangat berbeda dengan perlakuan terhadap atlet non-disabilitas. Misalnya saat proses talent scouting, sang pelatih tidak bisa begitu saja menawarkan seseorang penyandang disabilitas untuk menjadi olahragawan.

Kondisi fisik dan psikologis calon atlet difabel ini harus benar-benar dipahami terlebih dahulu oleh sang pelatih karena ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang itu menyandang disabilitas, bisa sejak dilahirkan atau karena faktor lain yang mengakibatkan sebagian anggota tubuhnya tidak lagi berfungsi secara normal. Ragamnya pun bermacam-macam, bisa menyandang disabilitas sensorik, disabilitas motorik, disabilitas intelektual atau disabilitas ganda.

Setelah penjajagan awal, baru kemudian mulai menentukan jenis olahraga seperti apa yang paling cocok atau sesuai dengan kondisi keterbatasan berikut minat sang calon atlet. Pilihan olahraga pun difokuskan kepada jenis olahraga prestasi, bukan sekadar olahraga rekreasi maupun rehabilitasi.

Hal lain yang tidak kalah penting adalah memberikan fasilitas yang bisa membuat mereka merasa nyaman, dengan demikian sang atlet akan lebih termotivasi untuk tekun berlatih dan meniti prestasinya. Mereka, atlet-atlet penyandang disabilitas ini telah melewati satu fase perjuangan tanpa batas untuk menaklukkan keterbatasan.

Atensi Pemerintah dan Peparnas

Pemerintah telah memberi jaminan tidak adanya pembedaan bagi para atlet penyandang disabilitas yang menjadi duta olahraga dan berprestasi di ajang nasional maupun internasional dalam rupa pemberian bonus dan setumpuk apresiasi lainnya.

Untuk peraih medali di Olimpiade Tokyo 2020, pemerintah mengguyur bonus masing-masing Rp5,5 miliar untuk sekeping medali emas, Rp2,5 miliar bagi peraih perak dan Rp1,5 miliar untuk perunggu. Besaran bonus yang sama diserahkan pula kepada seluruh atlet yang berprestasi di Paralimpiade Tokyo 2020. Sementara bagi atlet-atlet nonperaih medali masing-masing tetap mendapat bonus dengan besaran senilai Rp100 juta.

Sejatinya tidak ada yang baru dan istimewa disana karena memang sudah selayaknya demikian, yakni atensi dan apresiasi bagi setiap torehan prestasi tanpa kecuali apalagi telah mengharumkan nama negara di pentas internasional.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed