oleh

HUT Ke-76 TNI dan reorientasi pertahanan RI pasca-AUKUS

Indonesia, sebagai negara demokrasi, berdaulat dan menganut politik luar negeri bebas dan aktif perlu mengambil langkah yang tidak berorientasi pada salah satu blok, baik Blok China maupun Aliansi AUKUS. Ini pilihan yang sulit bagi Indonesia karena di sisi lain negara-negara Aliansi AUKUS maupun China memiliki investasi yang cukup besar di Indonesia.

Oleh karena itu, Indonesia perlu menempuh dua jalur diplomasi. Pertama, diplomasi politik Internasional untuk mempertegas bahwa ancaman kapal selam tenaga nuklir Australia dapat dijinakkan.

Ancaman ini paling nyata dan potensinya kuat. Indonesia juga perlu memperhitungkan nilai manfaat dari interaksi lintasan laut kapal selam tenaga nuklir Australia, termasuk interaksi militer negara-negara ASEAN yang jelas mendukung Pakta Pertahanan AUKUS, yaitu Singapura dan Philipina.

Kedua, diplomasi militer dengan penguatan sistem pertahanan negara maritim. Roadmap pertahanan negara yang ada, perlu dirumuskan ulang mengingat perubahan lingkungan strategis di kawasan.

Negara ini perlu dilindungi dengan sabuk pertahanan yang mengikat dari Sabang sampai Merauke dan di seluruh Alur Laut Kepulauan Indonesia atau Sabuk Pertahanan Negara Kepulauan.

*) Ngasiman Djoyonegoro, Pengamat Intelijen, Pertahanan dan Keamanan.(anjas)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed