oleh

Kanker payudara tahap lanjut butuh perhatian seluruh masyarakat

“Sampai ditangani dengan benar butuh waktu 9-15 bulan. Jadi walau kita menekankan pentingnya deteksi dini, kalau penatalaksanaan tidak diperbaiki maka hasilnya akan sama saja. Sebab penanganan kanker harus benar dari awal sampai akhir,” kata dr. Walta.

Hal inilah yang menyebabkan selama 35 tahun terakhir, belum ada kemajuan yang signifikan dalam upaya menekan kejadian kanker payudara stadium 3 dan 4 di tanah air.

“Masalahnya masih sama, yaitu belum ada regulasi standar untuk alur rujukan kasus terduga kanker payudara dari fasilitas kesehatan primer, sekunder dan tersier. Padahal untuk kemajuan terapi kanker payudara, Indonesia tidak kalah bahkan unggul dibandingkan negara lain,” ujar dr. Walta.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut YKPI ingin lebih merangkul banyak pihak dalam meningkatkan kepedulian terhadap kanker payudara tahap lanjut.

Salah satu bentuk kerjasama antar negara di bidang kanker payudara adalah forum The Southeast Asia Breast Cancer Symposium (SEABCS). Tahun ini, SEABCS kelima akan diselenggerakan di Indonesia, di mana Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) ditunjuk sebagai penyelenggara.

SEABCS adalah sebuah forum global berkumpulnya para tenaga medis profesional di bidang kanker payudara, komunitas-komunitas kanker payudara, pasien, penyintas, bidan, tenaga kesehatan, dan wakil pemerintah.

Jika sebelumnya pertemuan dilakukan secara luring, khusus tahun ini SEABCS mengadakan pertemuan secara daring mengingat pandemi COVID 19 yang masih melanda. SEABCS 2021 akan dihelat selama selama dua hari yaitu 31 Juli 2021- 1 Agustus 2021. Tema yang diambil adalah “Putting Patients to the Hearts of Cancers Control” atau menempatkan pasien sebagai yang utama dalam penanganan kanker.

Kerjasama Lintas Profesi di SEABCS Melalui SEABCS 2021, diharapkan simpul-simpul masalah penanganan kanker payudara di masiing-masing negara bisa terurai dengan berbagi pengalaman.

Ning Anhar sebagai Wakil Ketua Penyelenggara, menjelaskan, melalui SEABCS ini, kerjasama dengan berbagai komunitas, para ahli, dan pengambil kebijakan diharapkan akan ditingkatkan.

“Harapannya melalui SEABCS akan lahir sebuah rekomendasi yang merupakan hasil pemikiran para ahli dan peserta, yang kemudian bisa dibawa ke pembuat kebijakan masing- masing negara,” ujar Ning.(anjas)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed