Sedangkan Ida Farida Citra , yang merupakan peraih juara ke tiga dalam Lomba Bujang Gadis Palembang pertama mengakui peran Hj Anna Kumari yang membidani lahirnya Lomba Bujang Gadis Palembang. Sedangkan Masayu Nadia Nasir , Juara Kedua Gadis Palembang tahun 1987 dan Masayu Nadra Nasir, finalis Gadis Palembang tahun 1987 melihat langsung sosok Hj Anna Kumari sebagai salah satu penggagas , sponsor busana serta pembimbing calon peserta agar tampil maksimal dan ikut sibuk diawal berdirinya BGP serta ikut menjadi juri pertama pada saat lahirnya BGP.
“Kami berharap peran Ibu Hj Anna Kumari bisa diketahui oleh generasi BGP generasi saat ini,” kata Masayu Nadia Nasir dan Masayu Nadra Nasir. Namun Hj Anna Kumari sendiri tidak mempermasalahkan bila namanya tidak dikenang sebagai salah satu yang berperan besar di awal berdiri nya BGP. Bagi Anna Kumari ketika bisa berbuat dan bisa bermanfaat bagi masyarakat Kota Palembang itu sudah cukup baginya.
“Biarlah Allah SWT yang cukup mencatat apa yang sudah di berikan kepada masyarakat dan yamg membuat beliau bangga adalah ajang Pemilihan Bujang Gadis ini diawal berdirinya merupakan langkah awal prestasi ke tingkat nasional , bagi yang terpilih sebagai pemenang / finalis Bujang Gadis Palembang, mereka ternyata mampu meningkatkan kesuksesannnya diajang- ajang lainnya,” katanya.
Salah satunya lomba puteri Citra, Anna Kumari mengaku bersyukur walau pun dirinya tidak lagi aktif di pemilihan Bujang Gadis Palembang dan kurang mengikuti perkembangannya tapi mengetahui bahwa ada penerusnya mereka yaitu adalah anak dari Raden Muhammad Husein Natodirajo yaitu Raden Muhammad Ali Hanafiah .
“Mungkin ada nama – nama lain yang ikut berperan dilahirnya pemilihan ini tapi beliau (Raden Muhammad Husein Natodirajo yaitu Raden Muhammad Ali Hanafiah) saat ini sudah berumur 75 tahun sudah tidak ingat lagi . Alhamdulilah jadi kita ada penerusnya , sesuatu itu harus demikian , kalau Dinas Pariwisata Kota Palembang sampai saat terus menggelar Bujang Gadis Palembang yang antara lain bertujuan untuk mengangkat pariwisata, kalau di Dinas Kebudayaan kota Palembang menggelar lomba Cek Ayu dan Cek Bagus yang lebih mengangkat pelestarian budaya ,disaat pemilihan Cek Ayu dan Cek Bagus,” katanya.
Kini Hj Anna Kumari tidak bisa berjalan lagi karena kakinya sudah patah namun semangatnya untuk memajukan kebudayaan Palembang masih terus bergelora.
“Inilah saya, saya pernah terjatuh di hotel, kaki saya patah dua tahun yang lalu, kini saya tidak bisa berjalan, tapi tentu saja walau kedua kaki saya tak bisa berjalan sempurna saya tetap bersemangat berkesenian dengan membuat tulisan puisi dan pantun serta syair Palembang dan menjadi Pembina Sanggar Anna Kumari yang sudah berdiri sejak tahun 1963 sampai sekarang, harapan saya dengan adanya pemilihan Bujang Gadis Palembang dan Lomba-lomba lainnya semoga terus berkembang ke tingkat nasional dan internasional serta terus menerus menjaga pelestarian budaya dan pariwisata di Kota Palembang,” katanya.(udy)
Komentar