oleh

Bingung pilih obat hingga IGD dadakan di rumah isolasi mandiri

“Kami dipandu petugas Puskesmas agar menunggu selama empat jam ke depan. Bila memang kondisi tubuh dingin dan masih tidak bernapas, baru dinyatakan pasien ini telah meninggal,” kata tetangga Maryono, Iwan Kariem (45).

Peran RT/RW

Ketua RW013 Pondok Mitra Lestari, Sugih Hidayah, meyakini bahwa arahan agar warga dengan gejala ringan dan sedang melakukan isolasi mandiri di rumah sebagai pilihan yang tepat untuk saat ini.

Strategi untuk melindungi warga yang sehat dari penularan COVID-19 pada perumahan berpopulasi sekitar 1.300 jiwa itu ditempuh Sugih lewat inisiatif pemberlakuan karantina mikro di sembilan RT yang berstatus sebagai zona merah.

Inisiatif itu diputuskan oleh 15 ketua RT setempat saat menyadari terjadi lonjakan kasus yang meningkat pesat dalam kurun 17-24 Juni 2021. “Setiap hari selalu terjadi penambahan kasus minimal dua warga. Bahkan sudah ada beberapa warga saya sudah meninggal karena COVID-19,” katanya.

Strategi pelacakan kasus dilakukan Sugih dengan menggerakkan perangkat RT di wilayahnya untuk melakukan survei kesehatan warga lewat platform manajemen tautan Bitly yang disebar secara acak ke sejumlah warga.

Terhadap warga yang terkonfirmasi positif COVID-19 berdasarkan tes cepat antigen maupun PCR berkewajiban melapor kepada perangkat RT sebagai bentuk pertanggungjawaban sosial pada orang lain yang beriwayat kontak fisik.

“Kemudian diumumkan pasien ini ‘by name by address‘ di WhatsApp Group warga agar warga tahu dan waspada serta yang terpenting membantu semampunya untuk kesembuhan tetangga mereka yang sedang sakit di rumah,” katanya.

Ikhtiar menekan laju peningkatan kasus di Pondok Mitra Lestari tidak cukup hanya memasang spanduk peringatan zona merah, penutupan akses jalan maupun sosialisasi protokol kesehatan lewat rekaman video dan teks hingga ke ponsel warga.

Awalnya, ada saja warga yang acuh. Mereka tetap berkerumun tanpa masker dan jaga jarak di kedai kopi, taman, warung, tempat ibadah bahkan di sekitar pedagang sayur keliling.

Seakan tidak habis akal, lonjakan kasus COVID-19 pun diumumkan Sugih melalui media massa daring, radio, hingga media cetak berskala nasional dan lokal sampai berujung viral.

“Terbukti, sekarang perumahan ini sepi hampir sepanjang hari. Ternyata banyak keluarga dan kolega mereka yang menelpon dari mana-mana untuk mengingatkan prokes. Warga lebih mendengar dari orang-orang terdekatnya ketimbang saya, walaupun data yang disampaikan di media massa, ya dari saya dan ketua RT juga,” katanya.

Lonjakan pasien di masa pagebluk saat ini tidak hanya menjadi tanggung jawab tenaga kesehatan bersama berbagai otoritas terkait. Namun peran tetangga sesuai dengan kemampuannya tidak dimungkiri juga berkontribusi pada kelancaran isolasi mandiri bagi pasien.(anjas)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed