oleh

IBL 2021: musim sarat tantangan nan patut dirayakan

Sedangkan West Bandits betul-betul dibawa ke babak playoff oleh kaptennya, Widyanta Putra Teja, yang punya reputasi apik pemilik medali juara IBL 2019 bersama Stapac Jakarta.

Secara menyeluruh, kekhawatiran aspek persaingan bakal turun drastis karena tidak ada pemain asing boleh dikatakan sama sekali tidak terbukti. Justru yang terjadi adalah panasnya persaingan di papan tengah, terutama perebutan tiket playoff mendampingi Pelita Jaya selaku jawara Divisi Merah dan Satria Muda sebagai pemimpin Divisi Putih.

Kejutan tak berhenti sampai di fase reguler yang meloloskan Pelita Jaya, Bima Perkasa dan Louvre Surabaya dari Divisi Merah serta Satria Muda, Prawira dan West Bandits di Divisi Putih.

Playoff IBL 2021 yang kembali menggunakan format gelembung dipindahkan ke BritAma Arena, Jakarta, mulai 23 Mei, diwarnai banyak laga seru.

Louvre dan West Bandits sama-sama lolos ke semifinal lewat aksi heroik membalikkan ketertinggalan atas lawan masing-masing. Sempat kalah dulu dari Bima Perkasa, Louvre melangkah ke semifinal Divisi Merah dengan kemenangan 2-1 dan skenario serupa juga dialami West Bandits atas Prawira di Divisi Putih.

Sayangnya kejutan itu berakhir ketika dua tim unggulan musim ini, Pelita Jaya dan Satria Muda, memasuki playoff langsung di babak semifinal.

Hal itu tidak lepas dari tenaga berpengalaman seperti Arki Dikania Wisnu dan Hardianus Lakudu masih mendiami Satria Muda menyokong barisan beberapa pemain yang lebih muda seperti Juan Laurent Kokodiputra dan M. Sandy Ibrahim Aziz.

Sedangkan Andakara Prastawa Dhyaksa yang kini menginjak usia 28 tahun tampak jadi paling senior dan teladan bagi kekuatan baru Pelita Jaya seperti Reggie William Mononimbar, Vincent Rivaldi Kosasih dan Agassi Goantara.

Daya kejut Louvre dimatikan Pelita Jaya dua gim langsung, demikian pula Satria Muda terhadap West Bandits, menciptakan sebuah partai final ideal IBL 2021.

Tapi, bukan berarti keseruan IBL 2021 habis begitu saja karena Satria Muda yang main di kandang sendiri mendapat keuntungan segudang. Selain rasa nyaman dan akrab atas sudut-sudut BritAma Arena, hampir tidak ada keuntungan lain bagi Satria Muda.

Sebab tribun BritAma Arena tetap nyaris tidak terisi oleh suporter kedua tim, kecuali kerabat dekat ataupun tamu-tamu undangan.

Gim pertama sepenuhnya jadi milik Satria Muda yang tampil dominan dan nyaris tanpa kesalahan apapun untuk mengalahkan Pelita Jaya dengan skor telak 70-50 pada 3 Juni.

Sehari berselang dihadapkan situasi hidup mati, anak-anak asuh Octaviarro ‘Ocky’ Tamtelahitu malah tampil sangat tenang dan menang meyakinkan 71-65 untuk merebut gim kedua, menyamakan kedudukan sekaligus memaksa final dimainkan tiga gim penuh.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed