oleh

Dinas: Siswa Yogyakarta mulai beradaptasi saat simulasi PTM tahap dua

Yogyakarta, jurnalsumatra.com – Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Yogyakarta menilai siswa mulai bisa beradaptasi kembali dengan lingkungan sekolah dan berinteraksi lebih baik dengan teman kelas dengan menrapkan protokol kesehehatan, saat pelaksanaan simulasi pembelajaran tatap muka tahap dua yang digelar mulai akhir Mei 2021.

“Saat simulasi tahap dua, adaptasi dari siswa sudah lebih baik. Lebih ada penyesuaian,” kata Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olaharga Kota Yogyakarta Budi Asrori di Yogyakarta, Kamis.

Meskipun demikian, Budi mengatakan, terjadi dinamika jumlah siswa yang datang ke sekolah yang melaksanakan simulasi pembelajaran tatap muka (PTM) tahap dua.

“Ada sekolah yang mengalami penurunan jumlah siswa yang datang mengikuti simulasi. Mungkin ada kekhawatiran dari orang tua karena simulasi dilakukan usai libur Lebaran,” katanya.

Menurut dia, dimungkinkan juga siswa baru saja datang dari luar daerah pada libur Lebaran sehingga memilih tidak mengikuti simulasi tatap muka di sekolah.

“Tetapi, ada juga sekolah yang justru tingkat kehadiran siswa saat simulasi meningkat. Namun, yang terpenting adalah bagaimana protokol kesehatan bisa dilaksanakan dengan baik selama simulasi PTM,” katanya.

Simulasi pembelajaran tatap muka, menurut Budi, hanya dilakukan di total 10 SD dan SMP di Kota Yogyakarta. Simulasi hanya dilakukan secara terbatas sehingga apabila terjadi hal yang tidak diinginkan, maka bisa dikendalikan lebih mudah.

Budi mengatakan, seluruh sekolah di Kota Yogyakarta dari jenjang SD dan SMP dipastikan siap melaksanakan pembelajaran tatap muka apabila nanti saat tahun ajaran baru 2021/2022 dilaksanakan pembelajaran tatap muka.
\
“Bagaimana mekanisme pelaksanaannya, apakah masuk dua jam sehari dan bergantian dengan kelas lain, tentu disesuaikan dengan kondisi masing-masing sekolah dan jumlah siswa,” katanya.

Budi menyebut, jika PTM diputuskan dilaksanakan di seluruh sekolah saat tahun ajaran baru, maka yang perlu dilakukan oleh sekolah adalah memastikan kehadiran siswa di sekolah memiliki makna.

“Selama simulasi pun, kami menekankan agar sekolah lebih banyak melakukan penguatan pendidikan karakter karena sangat sulit apabila harus menyampaikan materi pembelajaran secara akademik sesuai kurikulum. Waktunya sangat terbatas,” katanya.(anjas)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed