Dia menambahkan, alam, hutan, tetumbuhan, dengan segala kekayaan hayati tidak saja menjadi sumber kehidupan, kesejahteraan, dan pengobatan, tetapi juga sumber inspirasi untuk menata kehidupan sosial dan peradaban.
Seperti Bung Karno melakukan perenungan dan merumuskan Pancasila sedari melihat, menatap, dan memasuki desa-desa di Indonesia, termasuk kala Bung Karno di pengungsian di Ende, Nusa Tenggara Timur.
Cerita Gubernur Koster, saat itu, Bung Karno merenung di bawah pohon sukun, dan melihat energi supranatural bekerjanya Tri Murti pada dedaunan, pohon, dan dahan Sukun. Begitulah harmoni tokoh besar bangsa ini dengan semesta raya.
Koster mengatakan, energi yang dipancarkan oleh alam adalah energi kehidupan dan keindahan bagi manusia. Karena itu pilihan tema Wana Kerthi menjadi kontekstual dan selaras, terlebih pada situasi pandemi COVID-19, yang mana kembali ke alam, hutan, dan tetumbuhan sebagai sumber usadha-pengobatan.
“Bagaimana pun penghormatan paling utama kepada Bung Karno adalah dengan meneladani dan melaksanakan ide, pemikiran, gagasan, dan cita-citanya untuk Indonesia Raya,” ucapnya pada acara yang juga dihadiri Wagub Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, Sekda Bali Dewa Made Indra, Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali Putri Suastini Koster, jajaran Forkompimda Bali, Ketua MDA Bali dan sejumlah undangan lainnya itu.
Oleh karena itu, dia berharap seluruh lapisan masyarakat Bali, terutama generasi muda dengan suka cita memikul tanggung jawab ideologis ini.
Sebagai penutup, Gubernur Bali, Wayan Koster dan Wakil Gubernur Bali Cok Ace menyaksikan pergelaran drama tari musikal Bung Karno di Bawah Pohon Sukun.(anjas)
Komentar