Banda Aceh, jurnalsumatra.com – Ketua Komisi V DPR Aceh Rizal Falevi Kirani meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) Aceh menggencarkan penanganan kekerdilan dan gizi buruk di “Tanah Rencong” itu, salah satunya dengan menggerakkan program ibu menyusui.
“Bicara ‘stunting’ (kekerdilan) dan bicara gizi buruk, bagaimana kita menggerakkan program menyadarkan ibu menyusui dari awal,” katanya di Banda Aceh, Rabu (10/3).
Pihaknya akan merekomendasikan kepada Pemerintah Aceh untuk benar-benar melaksanakan program ibu menyusui guna mengantisipasi kekerdilan dan gizi buruk sejak dini.
Falevi menyampaikan salah satu vitamin dan suplemen yang natural pada ibu menyusui itu adalah ASI eksklusif. Karenanya, program ibu menyusui menjadi salah satu cara yang praktis dan ekonomis terhadap penuntasan kekerdilan dan gizi buruk.
Ia mengatakan salah satu faktor yang menyebabkan gizi buruk itu karena tidak cukup ASI. Apalagi, para orang tua suka memberikan suplemen atau susu formula kepada bayinya.
“Karena hasil penelitian dari komunitas menyusui, salah satu faktor ‘stunting’ itu karena tidak cukup ASI. Tetapi yang paling pokok bagaimana bayi itu dapat menerima ASI secara eksklusif selama dua tahun,” ujarnya.
Falevi menuturkan langkah praktis untuk program menyusui adalah bagaimana melakukan sosialisasi terstruktur, sistematis, dan masif oleh Pemerintah Aceh, yakni melalui bidan desa dan puskesmas, sehingga masyarakat tidak memberikan suplemen lain lagi kepada bayi.
“Pola pikir masyarakat itu yang harus kita ubah, jangan memberikan susu formula yang seakan-akan sudah bagus. Melainkan ibu harus memberikan ASI kepada anaknya,” kata politikus PNA itu.
Pihaknya juga akan mengawal dan menyampaikan kepada Pemerintah Aceh dalam hal ini Dinas Kesehatan untuk merencanakan anggaran dan nomenklatur tentang program ibu menyusui tersebut.
“Saya pikir ini yang menjadi salah satu cara untuk menuntaskan ‘stunting’ atau gizi buruk di Aceh secara dini, dan kita akan terus mengawalnya,” kata Falevi Kirani.(anjas)
Komentar