Setelah Singgih Al Jawi, seorang pegiat Komunitas Lima Gunung rampung berpidato pendek di sesi tengah kuliah-pementasan, tiga mahasiswa, Alif, Aninda, dan Siti, menyajikan tema bunga-bungaan dalam performa berjudul “Rupa Bernas”, berupa melukisi APD diiringi Sapek, alat musik dari Kalimantan.
“Belum tentu yang kita lihat semula itu intinya. Sebenarnya ketika kita men-‘treatment’ sesuatu itu, jadi terlihat lebih ke intinya,” kata Aninda menjelaskan karya “Rupa Bernas” usai pementasan.
Pemakaian alat pelindung diri dari penularan pandemi virus, nampaknya mereka tangkap sebagai tak sebatas bagian dari cara dan upaya manusia menjaga kesehatan tubuh.
Namun, APD itu mengalirkan kesadaran bahwa manusia memiliki kedudukan penting untuk hidup dan melanjutkan kodrat kehidupan.
“Saat ini APD lambang manusia, dia memiliki kedudukan tetapi lupa bersyukur,” ucapnya.
Menyesuaikan diri
Melalui karya masing-masing, mereka merespons pembukaan kuliah Tanto Mendut. Persoalan manusia menjaga kesehatan di tengah pandemi bukan dengan cemas dan menyerah, atau bahkan abai atas situasi penularan virus mematikan, tetapi mesti “manjing ing kahanan”, menyesuaikan diri dan menjiwai keadaan.
Peristiwa pandemi memang seharusnya mampu diterjemahkan manusia untuk kreatif dalam mencapai jalan kehidupan di segala aspek.
Berbagai kalangan mengakui bahwa pandemi setahun terakhir ini menghadirkan perubahan cara manusia hidup dan berkehidupan.
Segala perubahan itu, seperti halnya dalam bersilaturahim dan audiensi, rapat pejabat dan kegiatan pendidikan formal, konferensi pers, transaksi, pentas seni dan melestarikan tradisi budaya, pesta demokrasi, berwisata dan bertransportasi umum, pelayanan publik, serta menjalani urusan dengan hukum.
“Kalau bisa ya sehat secara protokol kesehatan, tapi juga kreatif, ‘manjing ing kahanan’. Untuk saya sehat dan artistik. Ini juga soal dimensi lanskap, cara memandang kita terhadap lingkungan,” ujar Tanto.
Dalam acara virtual “Kafe Keroncong Bank Jateng”, Selasa (9/3) malam, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga mengemukakan soal kreativitas dan pencarian cara agar manusia tetap berkarya serta produktif, baik karena terdampak pandemi maupun menyikapi situasi penularan virus corona jenis baru itu.
Dicontohkan dia tentang industri tekstil yang mengembangkan produksi sesuai pangsa pasar fesyen –termasuk produk pakaian yang antibakteri dan virus–. Selain itu, usaha minuman yang mengembangkan aneka produk melalui sentuhan budaya masyarakat mengonsumsi rempah-rempah karena berguna bagi imunitas tubuh.
Komentar