Jakarta, jurnalsumatra.com – Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) fokus melaksanakan peran mitigasi bencana geologi sebagai upaya preventif guna menghindari masyarakat dari kerugian jiwa maupun ekonomi akibat bencana.
“Badan Geologi salah satu tugasnya adalah memitigasi, supaya kita bisa mengetahui kira-kira intensitas bencana dan prediksi waktu bencana, walaupun tidak akurat. Kita bertugas mengenali potensi bencana geologi yang akan terjadi,” kata Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono saat berbincang dalam Instagram Live “Info Geologi dalam Genggaman” seperti dikutip dari laman Kementerian ESDM di Jakarta, Sabtu.
Acara bincang-bincang bertajuk “Ngaboba: Ngabongkar Badan Geologi” sebagai salah satu episode “Energi Kolaborasi” tersebut menjadi salah satu cara Kementerian ESDM mengomunikasikan peran mitigasi bencana Badan Geologi.
Selain Eko Budi, hadir pula sebagai pembicara Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi.
Menurut Eko, kebijakan pemerintah terkait penanggulangan bencana saat ini memang arahnya kepada tindakan preventif atau memitigasi sebelum bencana terjadi.
“Ini keuntungannya luar biasa, karena kalau kita tidak tahu dan terjadinya bencana, maka nanti korbannya bakal luar biasa banyak. Oleh karena itu, supaya ini bisa dihindari, mitigasinya harus akurat, supaya masyarakat terhindar dari korban jiwa dan harta,” ujarnya.
Eko menambahkan Indonesia merupakan negara yang memiliki posisi unik, karena berada di tengah pertemuan tiga lempeng mayor dunia, yaitu Samudera Indo-Australia, Samudera Pasifik, dan Benua Eurasia, yang saling berinteraksi dan membentuk Indonesia.
“Akibat interaksi lempeng-lempeng ini, di satu sisi kita mendapatkan potensi kekayaan alam luar biasa, misalnya cekungan sedimen yang menghasilkan minyak dan gas, juga batubara, ada jalur metalurgi yang menghasilkan mineral, panas bumi, dan juga cekungan air tanah,” ujarnya.
Namun, di sisi lain, lanjut Eko, potensi bencana juga tidak kalah besarnya. Akibat tumbukan tiga lempeng mayor tersebut, membentuk jajaran gunung api dari Sumatera hingga Jawa dan Indonesia bagian timur.
“Rentetan gunung-gunung ini diibaratkan sebagai api karena adanya magma yang panas seperti api, sehingga disebut ‘ring of fire‘,” terangnya.
Jika telah memahami kondisi geologi wilayah Indonesia dan potensi bahaya dari bencana, Eko mengatakan, maka akan lebih mudah menghadapinya dan hidup berdampingan dengan bencana.
Sementara itu, Agung Pribadi mengatakan untuk mengomunikasikan potensi bencana kepada masyarakat, Badan Geologi menyebarluaskan informasi dan mitigasi bencana dengan memanfaatkan teknologi yang kini sudah semakin maju.
Komentar