Palembang, jurnalsumatra.com – Dinas Kebudayaan (Disbud) Kota Palembang tengah melengkapi persyaratan makan idangan untuk diusulkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) dari Kota Palembang.
Kepala Dinas Kebudayaan Kota Palembang Hj Zanariah Sip Msi didampingi Muttaqin SH selaku Kasi Tradisi & Adat Dinas Kebudayaan Kota Palembang dan Kabid Sejarah Dinas Kebudayaan kota Palembang Drs. Ismail Ishak M.Pd menjelaskan, makan idangan adalah tata cara makan bersama dalam satu hajatan seperti munggah atau resepsi pernikahan masyarakat Palembang. Idangan disajikan di ruang rumah panggung yang berbentuk limas. Makan idangan mengajarkan kebersamaan dengan segala etika dan pantangannya. Makan idangan dilaksanakan dengan cara duduk lesehan mengelilingi dulang (talam lebar).
Sedangkan tata cara makan idangan ini menurutnya , satu hidangan dulang untuk disantap 8 orang , menggunakan tangan kanan saat makan, orang yang dihormati atau dianggap lebih tua dipersilakan lebih dahulu, duduk dalam posisi bersila bagi lelaki dan kedua kaki di lipat ke belakang bagi wanita, lelaki dan perempuan tidak di perkenankan duduk dalam satu hidangan.
“Menu yang di sajikan dalam hidangan ( Idangan) adalah masakan tradisional Palembang yang mendapat pengaruh dari India dan Timur tengah seperti Nasi Minyak, Malbi -mirip rendang tetapi manis ,Gulai Kari, Ayam Kecap dan sambal nanas,” katanya, Rabu (24/2/2021).
Sedangkan sejarawan kota Palembang, Kemas Ar Panji menjelaskan Palembang memiliki kekayaan makanan yang sangat beraneka ragam. Dalam budaya melayu, menghormati dan memuliakan tamu khususnya di Palembang menjadi sesuatu yang sangat dianjurkan sesuai dengan ajaran Islam yang menjadi agama resmi dalam kehidupan masyarakat Palembang. Tradisi menyajikan makanan bersama menjadi kebiasaan dalam menyambut tamu serta menjalin silaturrahmi. Tradisi ini sering dilakukan saat mengadakan sedekah atau acara adat yang ada di Palembang.
“Bila ngidang merupakan menyajikan makanan di atas kain, ngobeng adalah petugas khusus untuk membantu tamu, seperti membawakan makanan para tamu, menolong membawa ceret air dengan wadah sisa air bilasan setelah tamu selesai mencuci tangan. Secara teknis, ngobeng dilakukan dengan mengoper hidangan ke tempat makan,” katanya.
Mengoper tersebut menurutnya bertujuan agar makanan segera tiba dan meringankan orang yang membawanya. Biasanya ada orang yang ditunjuk bertugas membawa baskom atau ceret berisi air untuk tamu mencuci tangan. Karena dalam ngidang, tamu tidak menggunakan sendok untuk makan akan tetapi para tamu makan dengan menggunakan tangan.
Komentar