oleh

Wisata pantai Aceh, bangkitkan asa di tengah pandemi

Tak jauh dari Eky’s Momong Resort, juga terdapat lokasi wisata bernama Joel’s Bungalow, salah satu destinasi yang ramai dikunjungi akhir-akhir ini. Biasanya, di tempat ini warga ingin melihat matahari terbenam sekaligus para peselancar yang membelah ombak.

Pemilik Joel’s Bungalow, Zulfitri mengatakan pandemi COVID-19 telah memaksanya untuk memutar otak mencari ide agar usaha wisata yang dikelola bisa tetap bertahap hidup.

Secara target pasar, usahanya tersebut tertuju pada wisatawan mancanegara. Selama ini, lima unit bungalow miliknya pun memang kerap dihuni turis asing yang gemar selancar atau surfing.

Sejak Indonesia menutup pintu bagi wisatawan asing, usaha ini juga ikut tutup sementara. Di tambah lagi kondisi pandemi semakin parah sehingga pemerintah juga membatasi aktivitas masyarakat, termasuk menutup lokasi-lokasi wisata untuk sementara waktu.

Berbulan-bulan tutup, Zulfitri membuka kembali usahanya ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan tempat wisata dapat kembali dibuka, namun dengan penerapan protokol kesehatan.

Kebijakan tersebut, menjadi salah satu harapan besar untuk membangkitkan kembali ekonomi pariwisata di tengah COVID-19. Keadaan itu juga yang membuat dia menggeser target pasar yang awalnya untuk para wisatawan mancanegara, ke wisatawan lokal atau nusantara.

Tiga bulan setelah “lockdown” atau sekitar November 2020 baru buka kembali. Persiapannya dilakukan sendiri mulai dari sebagai konsultan sendiri, buat road maps, apa yang akan dijual, dan target pasar, hingga kita menyasar wisatawan lokal dan nusantara.

Bangkit

Ombak besar yang cocok untuk peselancar menjadi modal bagi Zulfitri untuk memasang target pasar kunjungan turis asing. Namun, pandemi COVID-19 belum menunjukkan tanda akhir, sehingga membuat dirinya harus menciptakan ide kreatif dalam menarik pengunjung nusantara.

Beberapa spot foto atau photo booth yang menarik bagi pengunjung dihadirkan. Di antaranya seperti replika sebuah kapal legendaris, pondok-pondok berbentuk segi tiga, terbuka, dilengkapi lampu-lampu yang menambah suasana jadi lebih romantis.

Booth photo itu untuk menarik wisatawan lokal, yang berfoto, mengunggah ke media sosial sehingga menjadi promosi yang murah untuk di kenal masyarakat luas.

“Karena kemarin itu hanya mengandalkan ombak bagus, karena target kita itu turis asing, tapi hari ini kita mengandalkan wisatawan lokal. Biar pun kita (Indonesia) belum bukan pintu untuk (wisatawan) dunia, maka kita mencoba dengan segmen pasar di daerah dulu,” katanya.

Ini juga menjadi promosi yang positif bahwa Aceh ini aman untuk dikunjungi. Karena nyawanya pariwisata adalah promosi.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed