oleh

Rekomendasi psikater dan psikolog dalam pengobatan pasien COVID-19

Ada empat hal yang bisa dilakukan untuk pasien. Pertama, memberi dorongan doa yakni bagaimana memberikan program pada pasien atau sebaliknya, pasien membuat program untuk dirinya sendiri.

“Tenaga kesehatan di rumah sakit bisa memberikan semacam motivasi pada pasien agar melakukan program pada dirinya sendiri agar dia merasa memiliki ketenangan. (Bisa dengan ayat-ayat suci al-qur’an atau kitab suci lainnya),” tutur Niza.

Kedua, afirmasi yakni bagaimana menyampaikan berulang-ulang setiap bangun tidur misalnya hadist apabila pasien muslim untuk meningkatkan ketenangan dan harapannya.

Ketiga, self talk yakni berdialog antara pasien dan Tuhan-nya misalnya permohonan agar disembuhkan Sang Pencipta. Niza mengatakan, sesi ini difokuskan pada bagaimana perasaan secara psikologis seorang pasien menumbuhkan pengalaman spiritualnya.

Terakhir, meditasi yang biasanya dimaknai dengan duduk bersila, memejamkan mata, menenangkan diri misalnya dengan mendengarkan suara burung berkicau dan sebagainya. Tetapi dalam konteks pasien COVID-19, mereka bisa diajak berdzikir bila muslim sebagai bentuk praktek meditasinya atau memanjatkan doa Rosario bagi pasien beragama Katolik.

Niza menuturkan, saat seseorang didiagnosis COVID-19, maka muncul turbulensi psikologis. Saat itu muncul keterkaitan antara kesendirian dengan hubungan vertikal kepada Tuhan-nya misalnya melalui pertanyaan, “mengapa bisa saya yang kena”?.

“Ketika seseorang terdiagnosis COVID-19, maka pendekatan psikospiritual yang perlu dilakukan, memaknai pemikiran pasien terhadap bagaimana dia menyikapi kondisi medisnya. Kondisi pasien dalam kesendirian menumbuhkan kontak batin, connecting banget sama Tuhan-nya. Dia butuh pegangan yang kuat agar masih memiliki harapan untuk hidup,” demikian kata dia.(anjas)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed