oleh

Jangan isolasi mandiri tanpa berkonsultasi dengan dokter

Prinsip yang sama juga diterapkan untuk membuang sampah dan membersihkan kamar pasien. Bila memang masih bisa, sebaiknya kerjakan sendiri agar tidak ada risiko menulari orang lain. Buang sampah pun harus hati-hati karena limbahnya bisa jadi sarana penularan.

Sampah seperti tisu yang bisa menularkan virus harus dibuang dalam kurun 12-24 jam, masukkan ke dalam kantong khusus yang aman dan diikat agar isinya tidak luber dan membuat benda lain terkontaminasi.

Oleh karena itu, pastikan untuk berkomunikasi dengan satgas di lingkungan rumah sehingga mereka bisa mengatur soal pembuangan limbah. Jangan sampai sampah yang diambil oleh tukang sampah jadi mencemari lingkungan dan berujung kepada penyebaran virus yang lebih luas.

Sebelum isolasi mandiri, dokter akan memantau kondisi pasien COVID-19. Bila tidak perlu minuman obat, dokter akan menyarankan untuk mengonsumsi banyak vitamin demi memperbaiki sistem imunitas tubuh. Setiap vitamin punya kegunaan masing-masing.

Mereknya boleh apa saja asal komposisinya lengkap untuk memperbaiki daya tahan tubuh. Jika masih ada kebutuhan untuk membeli obat atau vitamin, sebaiknya minta tolong orang lain atau belanja daring dan hindari bepergian. Jika terpaksa keluar rumah, pastikan selalu menerapkan protokol kesehatan.

Pastikan hasil tes akurat
Beragam tes COVID-19 berupa tes rapid antigen atau tes usap jadi persyaratan untuk aktivitas seperti bepergian ke luar kota sampai syarat masuk kerja. Jika tes usap antigen menunjukkan hasil positif meski tak ada gejala, dokter menganjurkan untuk segera melakukan pemeriksaan PCR demi mengonfirmasi hasil yang lebih akurat.

Sementara itu, bila muncul gejala dan hasil tes usap antigen positif, biasanya orang tersebut memang dianggap terinfeksi COVID-19.

“Yang jadi masalah adalah dia bergejala kemudian swab negative, nah itu yang jadi masalah karena itu yang lolos. Biasanya saya akan menganjurkan pasien kalau misalnya ada gejala walaupun swab antigen negatif, tetap harus dilanjutkan untuk PCR.”

Sayuri juga menjelaskan mengenai hasil tes usap PCR negatif, tapi selanjutnya ada gejala-gejala yang dirasakan, seperti kehilangan indra perasa dan penciuman. Menurut dokter, kehilangan penciuman bisa disebabkan oleh beberapa faktor, tapi bila itu terjadi secara mendadak di tengah pandemi, wajar bila COVID-19 yang langsung dipikirkan.

Jika gejala dirasakan namun hasil PCR negatif, dia menyarankan untuk melakukan tes kembali untuk mengantisipasi bila ada kesalahan pada pemeriksaan pertama yang mempengaruhi hasil.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed