Padahal, Indonesia merupakan negara agraria yang seharusnya justru menjadi pengekspor berbagai komoditi pertanian, termasuk beras.
Namun selama ini, Indonesia masih saja mengimpor beras dan Sulteng termasuk salah satu daerah yang beberapa tahun lalu mendapat jatah pasokan beras impor.
Ironisnya, Sulteng sejak Tahun 1984 telah mencapai swasembada beras.”Kita pernah makan beras impor,” ujarnya.
Menurut Abdullah Kawulusan, gerakan B2SA juga dapat menjadi solusi terhadap kerawanan pangan global dan masa pandemi COVID-19 yang melanda Indonesia saat ini.
Pangan lokal nonberas selain solusi pengurangi ketergantungkan terhadap beras, juga sekaligus dapat mengatasi kekurangan pangan di masa pandemi COVID-19.
Seperti yang terjadi di Provinsi Sulteng sama selama masa pandemi COVID-19, masyarakat tidak mengalami kekurangan maupun kesulitan bahan makanan, sebab ada banyak pangan alternatif.
Pangan alternatif tersebut banyak dikonsumsi masyarakat di Provinsi Sulteng menghadapi masa pandemi COVID-19.
“Kita tidak selamanya hanya makan nasi (beras), tetapi ada banyak makanan lain yang justru jauh lebih aman dan sehat saat dikonsumsi masyarakat,” kata dia.
Pangan lokal yang aman dan sehat dimaksud antara lain, ubi kayu, ubi talas, ubi ungu, pisang, jagung dan sagu.
Hampir seluruh wilayah di Sulteng yang memiliki tanaman sagu. Bahkan di beberapa daerah sejak nenek moyang sampai turun-temurun menjadikan sagu sebagai salah satu makanan khas.
Misalkan di Kabupaten Poso, Morowali dan Buol, sagu adalah makanan khas utama masyarakat dan hingga kini masih menjadi makanan pokok selain beras dan pangan lokal lainnya.
Ancaman pangan
Bupati Sigi Mohammad Irwan Lapata menyambut positif program diversifikasi pangan yang dilakukan Kementerian Pertanian di tengah-tengah Indonesia sedang menghadapi dan melawan penyebaran virus corona.
Pandemi COVID-19 yang sejak 2020 sampai sekarang ini masih menjadi momok menakutkan bagi bangsa dan rakyat Indonesia, termasuk di Provinsi Sulteng (Kabupaten Sigi) telah mempengaruhi perekonomian nasional.
Bukan hanya di tingkat pusat saja yang merasakan dampaknya, tetapi juga di daerah kita. Semua daerah terdampak COVID-19 telah mempengaruhi perekonomian daerah dana masyarakat mengalami penurunan daya beli.
Tingkat daya beli masyarakat terhadap berbagai kebutuhan sehari-hari terutama beras dan lainnya semakin terpuruk karena penyebaran virus corana yang belum juga berhasil, meski berbagai upaya telah dilakukan pemerintah pusat dan daerah.
Pemerintah perlu terus mendorong pangan lokal nonberas, sebab semua daerah di Tanah Air memiliki yang namanya pangan lokal nonberas.
Komentar