oleh

Celah ekonomi dari produk hijau

Jakarta, jurnalsumatra.com – Ekonomi hijau selalu saja mendatangkan pro dan kontra dari berbagai kalangan meskipun pada dasarnya semua sepakat bahwa bumi ini harus dilestarikan.

Namun upaya untuk menuju sebuah pembangunan berkelanjutan yang mendukung kelestarian lingkungan sekaligus memenuhi hak manusia untuk hidup dari sisi ekonomi tetap memerlukan jalan tengah yang baik.

Oleh karena itu, konsep ekonomi hijau dengan produk-produk ramah lingkungan di dalamnya tetap harus menyisakan celah bagi kepentingan ekonomi agar bisa tetap laju.

Ada sejumlah kalangan yang mengkhawatirkan klaim-klaim palsu perusahaan tertentu untuk merespons ekonomi hijau dan berupaya meyakinkan konsumen telah menerapkan ekonomi hijau atau yang kerap disebut “greenwashing”.

Hal itu bisa mendatangkan persoalan baru yang justru makin menyudutkan tujuan ekonomi hijau yang sebenarnya.

Sementara di Indonesia, Presiden Joko Widodo bahkan melihat bahwa salah satu yang bisa diunggulkan Indonesia adalah “green product”.

Oleh karena itu, ia mengajak sudah saatnya bagi para pelaku industri di tanah air untuk mempertimbangkan penggunaan atau produksi produk hijau secara bertahap. Semua semua sepakat bahwa untuk melangkah ke ekonomi hijau secara 100 persen perlu waktu yang tidak sebentar.

Meski begitu tetap ada ruang dan celah yang harus disediakan bagi kepentingan ekonomi agar jalan menuju ekonomi hijau lebih fleksibel dan tidak menyiksa.

Alasan Kesehatan

Umumnya orang beralih ke produk hijau lebih karena alasan kelestarian lingkungan. Beberapa yang lain justru memilih produk hijau untuk alasan kesehatan.

Produk plastik misalnya banyak yang mencoba untuk mengurangi secara signifikan mengingat dampak sampah plastik terhadap lingkungan sekaligus juga sifatnya yang karsinogenik bagi tubuh.

Meski begitu celah ekonomi tetap memungkinkan bagi perusahaan plastik untuk bisa berproduksi, misalnya dengan memproduksi bahan yang bisa didaur ulang atau juga memproduksi dengan kadar BPA yang dosisnya sangat rendah.

Isu BPA atau Bisphenol A memang kerap kali menjadi bahan kampanye anti-plastik paling utama meskipun Food Drug Administration (FDA) atau semacam BPOM, yang merupakan lembaga yang mengawasi peredaran obat-obatan, makanan, suplemen dan produk kedokteran maupun kosmetik di Amerika Serikat menyatakan bahwa BPA pada kemasan minuman misalnya berada pada tingkat yang aman, karena dosisnya sangat rendah.

Masyarakat kemudian dituntut untuk cerdas dalam bersikap dan berinisiatif untuk mengedukasi diri sendiri. Salah satunya untuk membuktikan soal BPA, sebagaimana dikutip dari laman factsaboutbpa.org, para ilmuwan FDA baru-baru ini mempublikasikan hasil penelitian terbesar dan paling signifikan yang pernah dilakukan pada BPA yang disebut Studi Inti CLARITY.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed