Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa paparan dosis rendah terhadap BPA tidak mengakibatkan perkembangan efek kesehatan yang merugikan.
Mereka mengetahui dari penelitian tambahan, bahkan bayi prematur pun memiliki kapasitas dan kemampuan yang cukup untuk memetabolisme dan menghilangkan BPA itu. Ini menunjukkan bahwa paparan tingkat rendah tidak akan menyebabkan efek kesehatan.
Badan-badan kesehatan terkemuka dari negara-negara lain juga menyampaikan hal serupa, seperti Health Canada, Otoritas Keamanan Pangan Eropa, Standar Makanan Australia Selandia Baru (FSANZ), termasuk BPOM Indonesia.
Mereka berpendapat, paparan terhadap BPA dalam kadar yang sudah ditetapkan tidak menimbulkan risiko kesehatan bagi orang-orang dari segala usia kelompok, termasuk anak yang belum lahir, bayi, dan wanita hamil.
Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA) yang melakukan tinjauan komprehensif terhadap BPA ini menyatakan, tidak mungkin menyimpulkan bahwa BPA adalah pengganggu endokrin berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh WHO (Organisasi Kesehatan Dunia).
“Greenwashing”
Isu mengenai BPA boleh jadi merupakan upaya “greenwashing” untuk menutup celah atau bahkan bentuk persaingan bisnis dalam bisnis plastik untuk menuju ekonomi hijau.
Celah ekonomi mestinya tetap disediakan setelah dipastikan banyak riset mengenai BPA kadar rendah aman bagi kesehatan. Memang diketahui BPA adalah estrogenik lemah yang memiliki beberapa sifat yang mirip dengan hormon estrogen, tapi penelitian ekstensif menunjukkan bahwa jejak tingkat BPA dalam makanan terlalu rendah untuk menyebabkan efek estrogenik.
Sementara terlanjur berhembus hoaks di kalangan masyarakat yang mengatakan BPA berdampak negatif terhadap kesehatan melalui interaksinya dengan sistem endokrin tubuh (sebagai pengganggu endokrin).
Penelitian juga telah menyimpulkan bahwa BPA dalam kadar yang sangat rendah tidak berisiko karsinogenik bagi manusia.
Food Standards Australia dan Selandia Baru misalnya sudah menyatakan bahwa BPA tidak menyebabkan kanker.
Penilaian risiko Uni Eropa yang secara komprehensif juga meninjau semua bukti ilmiah yang relevan, menyimpulkan bahwa BPA tidak memiliki potensi karsinogenik yang signifikan.
Selain itu, The Susan G. Komen Foundation, salah satu kelompok advokasi kanker payudara terkemuka, melaporkan pada 2014 bahwa tidak ada bukti ilmiah yang mendukung hubungan antara BPA dan risiko kanker payudara.
Dalam penelitian ekstensif tentang penyebab utama kanker yang dilakukan American Cancer Society disebutkan bahwa faktor risiko utama kanker payudara ini berasal dari riwayat keluarga, faktor genetik, dan faktor gaya hidup seperti obesitas dan pola makan.
Komentar