Tanjungpinang, jurnalsumatra.com – Ikatan Dokter Indonesia Provinsi Kepulauan Riau (IDI Kepri) menilai fasilitas kesehatan untuk penanganan pasien COVID-19 maupun tenaga kesehatan dan tim medis yang menangani pasien tersebut cukup memadai.
Ketua IDI Kepri Rusdani, yang dihubungi ANTARA di Tanjungpinang, Kamis, mengatakan, fasilitas kesehatan di rumah sakit untuk pasien COVID-19 maupun tenaga kesehatan dan tim medis yang menangani pasien yang menderita penyakit itu semakin hari semakin baik.
Setiap rumah sakit dapat memanfaatkan ruangan lama untuk dijadikan sebagai ruangan khusus bagi tim medis dan tenaga kesehatan yang menangani pasien COVID-19. Namun setiap ruangan itu harus dilengkapi dengan ventilasi yang memadai, dan alat penangkap virus pada mesin pendingin ruangan.
“Untuk mencegah agar tenaga kesehatan dan tim medis tidak tertular COVID-19 agar dilengkapi dengan alat penangkap virus pada mesin pendingin ruangan,” katanya.
Sementara alat pelindung diri untuk tenaga kesehatan dan tim medis sudah tersedia. “Alat pelindung diri selalu tersedia,” ucapnya.
IDI Kepri mencatat sebanyak empat dokter yang bertugas di sejumlah rumah sakit di wilayah itu meninggal dunia setelah terkonfirmasi COVID-19.
“Sejak Maret 2020 hingga sekarang jumlah dokter yang terkonfirmasi COVID-19, kemudian meninggal dunia sebanyak empat orang, terdiri dari dua orang di Tanjungpinang, satu orang di Batam dan satu orang lagi di Natuna,” ungkap Rusdani.
Sementara jumlah dokter yang tertular COVID-19 mencapai 96 orang, sebanyak 92 orang di antaranya berhasil sembuh.
Dokter yang paling banyak tertular COVID-19 bertugas di Batam. Jumlah dokter di Batam yang tertular virus mencapai 92 orang, sementara Tanjungpinang empat orang, Karimun tiga orang, Natuna empat orang, Anambas satu orang, Bintan satu orang dan Lingga satu orang.
Menurut dia, ada sejumlah faktor yang menyebabkan para dokter tertular COVID-19 antara lain setelah melakukan perjalanan ke luar daerah, beraktivitas di luar rumah sakit, dan tertular ketika merawat pasien.
Mereka tertular COVID-19 bukan berarti mereka tidak waspada, dan tidak siap menangani pasien.
“Virus ini sesuatu yang tidak nampak sehingga berbagai kemungkinan dapat terjadi terhadap dokter, meskipun mereka selalu dalam kondisi waspada,” ucapnya.
Rusdani mengatakan, dalam kasus tertentu ditemukan, pasien tidak jujur mengalami gejala COVID-19 sehingga ditangani oleh tim medis layaknya pasien biasa. Dalam kondisi itu, dokter tidak mengenakan alat pelindung diri yang lengkap.
Tim medis dan tenaga kesehatan, menurut dia orang-orang yang rentan tertular COVID-19. Mereka setiap hari menangani pasien COVID-19 sehingga harus lebih disiplin dalam menggunakan alat pelindung diri.
Komentar