Belum lama ini, sempat diviralkan bahwa tingkat efikasi vaksin yang digunakan di Indonesia diasumsikan tidak aman. Asumsi itu dimunculkan karena dilakukan perbandingan bahwa Pfizer saja berdampak buruk apalagi Sinovac yang dari aspek efikasi jauh lebih rendah, hanya 65,3 persen dalam uji klinis.
Tentu saja asumsi itu tidak dapat diterima begitu saja. Sebab, efektivitas vaksin akan diketahui setelah dilakukan pemantauan efek perlindungannya pada komunitas yang menerima vaksinasi dalam kurun waktu tertentu, dan juga bergantung pada kondisi kesehatan individu yang disuntik vaksin.
Masyarakat wajib tahu bahwa aspek kehati-hatian sudah diterapkan pemerintah sejak awal persiapan vaksinasi. Bukti kehati-hatian itu memprioritaskan kelompok masyarakat tertentu yang memiliki risiko tertular COVID-19 lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya.
Tidak adanya lansia yang masuk daftar wajib vaksinasi di tahap awal vaksinasi merupakan bukti lain dari kehati-hatian itu.(anjas)
Komentar