oleh

Ajian vaksinasi sedang ditimpakan

“Vaksinasi ini adalah salah satu proses kebersamaan. Yang akan dicapai vaksinasi bukan kekebalan individu tapi akhirnya herd immunity atau kekebalan bersama,” ucapnya.

Masyarakat harus berpartisipasi dalam vaksinasi, termasuk tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan setelah divaksin.

Bahkan, Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio menyebut selama satu hingga dua tahun protokol itu harus tetap dijalankan meski telah dilakukan vaksinasi.

Abai dan lengah terhadap protokol tersebut di tengah ajian vaksinasi COVID-19 yang sedang ditimpakan kepada virus, sebagai hambatan menghentikan pandemi.

“Vaksin tetap harus berdampingan dengan prosedur memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun, dan pemeriksaan dini, pelacakan, dan perawatan,” katanya.

Vaksin dengan hasil uji keampuhannya, menghadirkan optimisme dan ekspektasi berbagai kalangan dalam mengakhiri serangan COVID-19.

Kalau masih ada orang atau segelintir penolak vaksinasi di tengah upaya keluar dari kelam pandemi global, mungkin merekalah yang akan tertimpa vonis “ora aji dedhak setakir”.

Puisi “Tumbang” karya penyair Magelang Damtoz Andreas dalam buku sajaknya, “Ilusi-Ilusi pada Sejuta Milyar Lembar Daun Lontar” (Penerbit TriBEE Secang, Magelang, 2020), barangkali menyempurnakan vonis itu.

“Setiap senja adalah waktu untuk kenangan. Alahan angkuh sembarang kelebat tilasmu. Hari-hari lalu bagaikan sisa cerita. Yang dilempar ke keranjang. Oleh sang pengarang,” demikian karyanya pada akhir Juni 2019 itu.

Setiap orang memang diharapkan bersedia divaksin karena menyadari pentingnya imunitas bersama.

Maka jadilah, alangkah beraji kelebat tilasmu!(anjas)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed