oleh

Ajian vaksinasi sedang ditimpakan

Menjadi warga lumrah dalam kehidupan sehari-hari, sebagai berarti penting bagi bangunan harmoni hidup bersama, terlebih di masyarakat desa. Satu-dua orang tampil menjadi tokoh dan panutan bagi yang lain pun lumrah saja. Suatu komunitas memang membutuhkan kehadiran panutan, terlebih saat menghadapi gawe bersama atau merampungkan persoalan bersama.

Dalam menghadapi tantangan bersama, setiap anggota komunitas mesti menjadi beraji guna. Kalau ada yang tidak beraji, ia dipinggirkan. Apalagi beraji mumpung untuk untung sendiri, ia dicela.

Begitulah kiranya boleh dibilang juga ketika seluruh bangsa dan perangkat negara ini sedang berkhidmah memukul mundur serangan COVID-19 yang berbahaya dan bahkan menelan korban jiwa, lebih dari 10 bulan terakhir ini, dengan mulai bareng-bareng membangun tembok kekebalan komunal, melalui vaksinasi.

Hadirkan

Pemerintah menghadirkan vaksin COVID-19 dan terus memperkuat jaminan ketercukupan bagi masyarakat. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menaruh standar vaksinasi untuk kekebalan komunal 70-80 persen dari total populasi. Kementerian Kesehatan meletakkan target vaksinasi sekitar 75 persen dari total penduduk Indonesia atau sekitar 181,5 juta orang.

Program vaksinasi COVID-19 telah dijadwalkan dan secara bergelombang dikerjakan selama 15 bulan ke depan. Presiden Joko Widodo menjadi penerima vaksin pertama di Istana Kepresidenan di Jakarta pada Rabu (13/1), diikuti para kepala daerah, pejabat, pemimpin organisasi, pesohor, tokoh, dan pemuka masyarakat.

Keteladanan ikut vaksinasi dikedepankan, antara lain karena testimoni mereka penting untuk masyarakat berpartisipasi, sembari kampanye, sosialisasi, edukasi secara masif digaungkan.

Tata kelola vaksinasi diatur sedemikian rupa dan detail, antara lain menyangkut sarana prasarana, simulasi, disitribusi vaksin, serta prioritas utama hingga warga umum sesuai dengan ketentuan kesehatan, dan bahkan disediakan layanan penanganan kejadian ikutan pascaimunisasi.

Selagi vaksinasi dilakukan, permintaan kepada semua orang tetap mematuhi protokol kesehatan, tetap digelorakan. Tujuannya, agar vaksinasi kelar dan pandemi COVID-19 benar-benar uzur.

Sedemikian masif upaya pemerintah memperkuat kesadaran masyarakat mengikuti vaksinasi COVID-19 karena pada masa lalu pernah ada penolakan atas program vaksinasi untuk membangun imunitas dari penyakit yang lain. Belum lagi, saat awal-awal muncul pandemi ini, ada warga yang tidak percaya serangan virus dengan antara lain menganggap sebagai rekayasa global.

Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menjelaskan vaksinasi COVID-19 bukan untuk kekebalan individu, melainkan kelompok yang lebih besar sehingga virus tak lagi beroleh tempat untuk menulari.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed