GeNose C19, yang dikembangkan oleh tim dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, memiliki tingkat akurasi yang tinggi, yakni sensitivitas 92 persen dan spesivitas 95 persen.
“Kita ingin alat ini bisa mendorong Indonesia bisa menangani pandemi COVID-19 dengan lebih baik lagi,” ujarnya.
GeNose C19 dikembangkan oleh UGM dan mendapat dukungan dari Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek)/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Badan Intelijen Negara, TNI Angkatan Darat, Kepolisian RI, Kementerian Kesehatan RI, dan pihak swasta, antara lain PT Yogya Presisi Tehnikatama Industri, PT Hikari Solusindo Sukses, PT Stechoq Robotika Indonesia, PT Nanosense Instrument Indonesia, dan PT Swayasa Prakarsa.
Pengembangan GeNose C19 menjadi bukti nyata implementasi triple helix yang melibatkan pemerintah, akademisi, dan industri.
“Selain merupakan bagian dari Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 di Kemenristek/BRIN, GeNose C19 menjadi bukti nyata implementasi triple helix yang berjalan cukup mulus. Triple helix merupakan bentuk sinergi dan kolaborasi dari tiga pihak yang mendorong penelitian menjadi inovasi, yaitu pemerintah, peneliti, dan industri. Selain itu, hal yang paling penting adalah terwujudnya kolaborasi antarbidang ilmu yang tentunya akan sangat membantu upaya penanganan COVID-19,” tutur Menristek Bambang.
Pada kesempatan itu, Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono mengapresiasi inovasi tersebut dan mengatakan GeNose dapat menjadi upaya untuk meningkatkan upaya screening atau penapisan COVID-19 yang dapat mendukung penghematan biaya kesehatan.
“Apabila kita bisa melakukan screening lebih dini kita bisa menemukan kasus lebih dini sehingga kita bisa mengendalikan kasus dan fatality rate-nya,” ujarnya.
Dia berharap kemampuan GeNose C19 dalam mendeteksi COVID-19 semakin ditingkatkan ke depannya.
“Dikarenakan GeNose C19 ini adalah kecerdasan artifisial kami harapkan dapat terus dimodifikasi sehingga ketajaman dalam melakukan screening menjadi lebih sensitif,” tuturnya.
GeNose C19, yang dibanderol dengan harga Rp62 juta per unitnya, diharapkan menjadi solusi screening yang cepat, murah dan akurat.
Dengan 100 unit batch pertama yang akan dilepas, Ketua Tim Peneliti GeNose dari UGM Kuwat Triyana berharap dapat melakukan 120 tes per alat atau totalnya 12 ribu orang sehari. Angka 120 tes per alat itu dari estimasi bahwa setiap tes membutuhkan tiga menit, termasuk pengambilan napas.
“Sehingga, satu jam dapat mengetes 20 orang dan bila efektif alat bekerja selama enam jam,” ujar Kuwat.
Komentar