Jakarta, jurnalsumatra.com – Indonesia akan memasuki fase baru dalam penanganan pandemi COVID-19, yakni pemberian vaksin kepada anggota masyarakat.
Diyakini hanya ada dua cara dalam mengatasi penyakit yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 itu, yakni menemukan obatnya atau memberi vaksin. Keduanya sedang berkejaran dan agaknya fokus saat ini ada pada pemberian vaksin.
Sedikitnya ada 10 lembaga penelitian dunia yang sedang mengkaji dan menemukan vaksin untuk mencegah atau mengatasi virus yang menyerang tenggorokan dan paru-paru tersebut.
Di Indonesia terdapat sejumlah lembaga yang juga meneliti vaksin dengan melibatkan sejumlah perguruan tinggi ternama di dalam negeri. Vaksin Merah Putih, begitu nama yang dilekatkan, di mana dalam waktu dekat akan memasuki tahap uji klinis.
Sambil menunggu vaksin dalam negeri layak digunakan, pemerintah telah mendatangkan tiga juta dosis vaksin Sinovac dari China dalam dua tahap. Tahap pertama tiba di Tanah Air 1,2 juta pada 6 Desember 2020, kemudian tiba lagi 1,8 juta pada 31 Desember 2020 dengan menggunakan pesawat Boeing 777-300 ER dari maskapai Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA-890D.
Vaksin yang dimuat dalam 11 Envirotainer tersebut langsung dibawa dan disimpan di Kantor Pusat Bio Farma di Bandung.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menerima kedatangan vaksin tersebut di Bandara Soekarno-Hatta.
660 juta dosis
Angka tiga juta dosis vaksin itu masih jauh dari cukup. Indonesia butuh 660 juta dosis untuk memenuhi imunitas komunal atau herd immunity, di mana 181 juta penduduk harus divaksin yang sudah ditetapkan diberi secara gratis.
Menkes Budi Gunafi Sadikin mengatakan saat ini terdapat 269 juta rakyat Indonesia. Jika ingin mengejar imunitas komunal pada warga di atas 18 tahun maka angkanya menjadi 188 juta orang.
Jika disisihkan penduduk dengan komorbid (penyakit penyerta) berat, mereka yang pernah positif COVID-19, dan ibu-ibu hamil yang masuk kategori eksklusi, maka jumlah yang menjadi target vaksinasi adalah 181 juta warga.
Dari jumlah tersebut dan dengan memperhitungkan bahwa satu orang membutuhkan dua dosis vaksin dan 15 persen sebagai cadangan sesuai dengan ketentuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), maka total vaksin yang dibutuhkan sekitar 426 juta dosis vaksin.
Pemerintah menempuh lima jalur pengadaan vaksin, empat di antaranya bersifat bilateral dan satu sifatnya multilateral.
Melalui jalur bilateral, pemerintah telah menandatangani kontrak untuk 125 juta dosis vaksin dari Sinovac (Tiongkok) dengan opsi menambah 100 juta dosis lagi dan 130 juta dosis dari Novavax (Amerika).
Komentar