oleh

Kepedulian Suharso Monoarfa jadikan Indonesia bebas TBC

Gorontalo, jurnalsumatra.com – Urusan kesehatan bukan saja menjadi tanggung jawab Menteri Kesehatan. Namun menjadi tanggung jawab semua orang di Indonesia.

Hal itu dikatakan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Suharso Monoarfa, pada kunjungannya di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Zainal Umar Sidiki, Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo.

Ia menyebut, seluruh pemerintah daerah harus serius dalam penanganan pandemi COVID-19 di tanah air, termasuk penanganan penyakit menular (PM) khususnya Tuberkulosis (TB) yang dikenal dengan singkatan TBC.

“Dulu sebelum saya menjadi Menteri, kita (Indonesia, red) ada di urutan ke 3 dunia, kasus TBC. Setelah menjadi Menteri, naik di urutan ke 2 dunia,” katanya.

Kondisi ini cukup meresahkan sehingga pemerintah dan masyarakat harus serius dan proaktif dalam penanganannya, ujarnya.

Sebab kasus TBC ditemukan lebih banyak di daerah, karena keengganan masyarakat memeriksakan kesehatannya.

“Sakit batuk dianggap hal biasa. Paling-paling minum obat langsung sembuh. Padahal batuk dalam jangka waktu yang lama, dapat berakibat fatal diantaranya menderita TBC,” katanya.

Maka perhatian terhadap masalah kesehatan yang tergolong mematikan dan meresahkan ini, perlu lebih prioritas.

Kegiatan promosi perlu terus ditingkatkan untuk mengajak masyarakat datang memeriksakan kesehatannya, tambahnya.

Pemerintah daerah melalui dinas kesehatan, perlu memperhatikan angka kesakitan TBC.

“Jika mengalami kesulitan anggaran, jangan ragu untuk meminta intervensi dari pemerintah pusat. Ajukan perencanaan program yang sinergi dengan program nasional di bidang kesehatan, khususnya dalam penanganan penyakit menular seperti TBC,” katanya.

Sebab penyakit ini harus ditangani serius, bahkan sama atau bahkan lebih serius dari menangani pandemi COVID-19, karena tingkat penularannya yang sangat mudah dan cepat, katanya.

Indonesia kata Menteri, tidak hanya harus bebas dari penyakit TBC pada 2030 mendatang, namun upaya menemukan kasus tersebut setiap hari harus optimal dilakukan untuk menurunkan angka penderita

Setiap hari, fasilitas kesehatan yang disiapkan pemerintah, baik puskesmas dan rumah sakit, harus mengupayakan kegiatan preventif dalam bentuk skrining.

Untuk satu kasus yang ditemukan per hari, skrining wajib dilakukan kepada minimal 20 hingga 30 orang dalam keluarga dan masyarakat di lingkungan sekitarnya.

“Itu bentuk keseriusan kita dalam menangani TBC,” kata menteri yang lebih banyak membahas persoalan penanganan TBC, saat berkunjung ke rumah sakit satu-satunya di wilayah utara Provinsi Gorontalo itu.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed