oleh

Pendopo Gubernur Aceh dibanjiri papan bunga ucapan terima kasih

Banda Aceh, jurnalsumatra.com – Pendopo (rumah dinas) Gubernur Aceh di jalan Japakeh Kota Banda Aceh dibanjiri karangan bunga dukungan dan ucapan terima kasih kepada Gubernur Aceh Nova Iriansyah atas kesuksesan kinerja pemerintahan yang telah terealisasi.

“Saya tidak tahu pasti sejak kapan terpasang,” kata Juru Bicara Pemerintah Aceh Wiratmadinata, di Banda Aceh, Sabtu.

Karangan bunga tersebut terpasang mulai dari jalan Sultan Mahmud Syah depan Museum Aceh hingga ke jalan Japakeh depan Anjong Mon Mata Banda Aceh, kurang lebih sebanyak 40 papan.

Karangan bunga tersebut berisi tiga isu terkait kinerja Gubernur Aceh yang dinilai telah berhasil dilaksanakan dan berdampak baik terhadap masyarakat Aceh.

Tulisan pada karangan bunga itu yakni ucapan selamat sukses kepada Gubernur Aceh dan jajarannya atas meningkatnya indeks pembangunan manusia Aceh di atas rata-rata nasional.

Kemudian, ucapan terima kasih kepada Gubernur Aceh atas pembelian tiga kapal Aceh Hebat, penanganan COVID-19 di Aceh.

Selanjutnya, ucapan terima kasih atas proses cepat pemulangan mahasiswa Aceh dari Wuhan Cina. Lalu, tentang terbukanya akses ekspor CPO (minyak sawit mentah) ke India.

Terakhir, ucapan terima kasih atas pembangunan jembatan kilangan Aceh Singkil serta jalan lintas Babahrot-Blangkejeran Gayo Lues, Aceh.

Pengirim puluhan papan bunga tersebut dari berbagai unsur, diantaranya bertuliskan dari penggiat wisata Aceh, nakes yang tidak lelah, warga sembuh COVID-19, warga kepulauan Aceh, Komunitas Sabang Paten, masyarakat Pulau Banyak Aceh Singkil serta dari berbagai komunitas lainnya.

Terkait papan bunga tersebut, Wiratmadinata mengatakan, masyarakat Aceh memiliki cara masing-masing mengekspresikan pikiran dan perasaannya kepada pemerintah dan pemimpin.

“Karena mengemukakan pendapat juga dijamin oleh Konstitusi, yang tidak boleh kalau melanggar UU ITE, SARA, hate speech (ujaran kebencian) dan pelanggaran hukum lainnya,” ujarnya.

Selain itu, kata Wiratmadinata, melanggar etika kepatutan dalam berbahasa juga tidak dibolehkan, maka mengenai papan bunga tersebut dianggap sebagai dinamika dalam wacana publik.

“Ada yang mengkritik ada yang mendukung, wajar saja, tidak masalah. Setiap orang atau kelompok punya pendapat masing-masing, kita hormati semuanya,” kata Wiratmadinata.(anjas)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed