oleh

SMB IV Minta Pemkot Palembang Buka Ruang Diskusi

Palembang, jurnalsumatra.com – Forum Pemuda Palembang Madani (FPPM) menggelar Focus Group Discussion (FGD) Terpumpun dengan tema “Merawat Cagar Budaya Mengelola Peradaban di Kota Tertua”, bertempat di Hotel Palembang, Senin (6/3/2023). Hadir Sultan Palembang Darussalam, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama R.M.Fauwaz Diradja,S.H.M.Kn, Ketua dewan pembina FPPM Charma Afrianto, Peneliti dari BRINT Sumsel, Dr Wahyu Rizky Andhifani SS MM  , Kabid Cagar Budaya  dan Permuseuman Dinas kebudayaan Kota Palembang Sri Suryani  Sip ,  akademisi dari UIN Raden Fatah Palembang , Dr (Cand) Kemas Ari Panji , akademisi dari Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya (Unsri) Rd Moh Ikhsan  dengan moderator Vebri Al Lintani.

Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama R.M.Fauwaz Diradja,S.H.M.Kn mengatakan, merawat cagar budaya bukan tugas Pemkot Palembang tapi seluruh masyarakat Palembang. “Tapi disini peran pemerintah diperlukan sebagai pemicu dan sebagai inisiator sedangkan cagar budaya jika sudah diberikan inisiatip , Insya Allah kita juga bisa bersama-sama dengan masyarakat bisa melindungi cagar budaya tapi kalau pemerintah acuh tak acuh , karena disini yang menjadi bapak kota Palembang untuk  menjaga Palembang ada Walikota Palembang , tolong kami memiliki dia (Walikota Palembang) jaga suku Palembang ,  suku komering dan suku-suku yang ada di kota Palembang, rawatlah peninggalan-peninggalan tersebut bersama-sama,” katanya.

Karena menurut SMB IV kota Palembang bukan hanya  dimiliki suku Palembang saja  tapi juga ada suku lain. Cagar budaya di Palembang menurutnya  tidak melulu dari Kesultanan Palembang Darussalam  , tidak dari Kerajaan Palembang saja  tapi ada juga ada dari zaman kolonialisme seperti Gua Jepang, Balai Pertemuan yang merupakan warisan cagar budaya yang harus di jaga.

“ Kami ingin melestarikannya tapi kalau pemerintah tidak memperlihatkannya dan tidak mengajak komponen yang ada , bagaimana kita ikut bersama-sama menjadi bagian dari pemerintah , kami bukan orang pemerintahan tapi kami ingin membantu pemerintah  melestarikan dan merawat cagar budaya ,” katanya. Menurutnya dalam masalah ini bukan soal kepentingan masyarakat saja terkait cagar budaya   tapi bagaimana komunikasi pihak Pemkot Palembang  dan Pemkot Palembang harusnya bisa memberikan ruang  untuk masyarakat bisa berdiskusi bersama-sama .

“Ini menunjukan bahwa kita memiliki jati diri yang sangat tinggi dan kuat. Kalau bukan kita yang menjaga peradaban ini siapa lagi yang akan melestarikannya,” katanya. Sedangkan Ketua Dewan Pembina FPPM, Charma Afrianto SE mengatakan, pihaknya melatar belakangi adanya diskusi ini adalah terkait dilematik yang ada beberapa bulan lalu. Beberapa tempat yang dianggap sebagai objek cagar budaya, seperti balai pertemuan, dan Makam – makam Sultan betul-betul terbengkalai. Jadi tidak ada keseriusan dari pihak Pemkot untuk merawat.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed