Muba, jurnalsumatra.com – Meski biaya pembukaan lahan pertanian sekarang ini terbilang sulit dan mahal, namun masih ada masyarakat yang nekat untuk membuka lahan pertanian dengan alat se-adanya. Semua ini diketahui saat Jurnal Sumatra. Com berpetualangan menelusuri rimba belantara diwilaya desa Kertajaya, Kecamatan Sungai Keruh, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), pada Rabu (15/2/2023) siang.
Dari pantauan, tampak hamparan padi yang mulai menguning disalah-satu kebun warga. Menariknya lagi, meski proses pembukaan lahan pertanian tidak dilakukan dengan cara membakar atau dibersihkan dengan alat seadanya, namun tanam tumbuh diwilaya desa tersebut tetap tumbuh dengan subur.
Hal ini menandakan kalau tanah diwilaya Bumi Serasan Sekate sangatlah subur dan cocok untuk digunakan bercocok tanam. Hanya saja sayang nya, sejak diberlakukan Undang- undang perkebunan tentang larangan membakar lahan perkebunan. Masyarakat khususnya di kabupaten Muba tampak kurang bersemangat untuk memanfaatkan lahan pertanian mereka dalam bercocok tanaman jenis padi, jagung dan sayur mayur, Justru masyarakat tani sekarang ini rata-rata hanya menanam pohon kepala sawit di sela-sela limba kayu pada lahan mereka yang sudah ditebas tebang.
“Kalu dak nekat dak jadi kebon yung, Mane pacak kalu dak nekat Mane pacak nanam padi dan sayur mayur mikak. (Jika tidak nekat, tidak jadi kebun kakak, bagaimana bisa menanam padi dan sayur mayur seperti ini),”Ujar warga pemilik kebun saat dibincangi wartawan Jurnal Sumatra.com, tadi siang.
Petani tersebut membenarkan, kalau proses pembukaan lahan pertanian sekarang ini sulit dan mahal. “Diera tahun 90-an membuka kebun itu tidak terlalu sulit. Setelah ditebas-tebang lahan dibakar, kemudian proses penanaman dilakukan. Berbeda dengan sekarang ini, untuk proses pembersihan lahan yang sudah ditebas-tebang saja memakan waktu bebulan-bulan baru selesai. Kalau biaya sudah tak terhitung lagi,”Jelasnya. (Rafik Elyas)
Komentar