oleh

Pendidikan Revolusi Mental Membutuhkan Praktik

Yogyakarta, jurnalsumatra.com – Metode pendidikan revolusi mental tidak efektif hanya dengan metode klasikal seperti ceramah, diskusi dan seminar. Mendorong sikap mental yang ideal perlu pengajaran praktik atau praksis, dengan menggunakan pengalaman langsung yang bisa menggerakkan mental atau hati peserta yang terlibat di dalamnya.

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta, Dr Jumadi, SE, MM, mengatakan, pendidikan praksis itu menjadikan peserta didik sebagai subyek dalam kegiatan nyata atau kegiatan yang melibatkan komunitas atau masyarakat. “Tujuan kegiatan nyata untuk menyentuh dan menggerakkan hati peserta,” kata Jumadi, Sabtu (2/7/2022).

Menurut Wakil Rektor I UWM, dalam mencapai tujuan revolusi mental diperlukan beberapa tahapan. Dari tahap membentuk kesadaran dalam membangun konsep diri, menanamkan kesadaran bekerjasama, meningkatkan kemampuan kepemimpinan yang meliputi kecakapan berkomunikasi,   memecahkan masalah, serta membangun kepemimpinan sosial dengan target menciptakan social skills, entrepreneurship, networking.

Adapun level pendidikan revolusi mental, menurut Ketua Ikatan Dosen Republik Indonesia (IDRI) DIY, dari tingkat terendah sampai tertinggi, yang dimulai dari  pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan taman kanak-kanak (TK), sekolah  dasar (SD), pendidikan menengah pertama dan atas (SMP dan SMA) serta pendidikan tinggi.

Jadi, metode pendidikan revolusi mental perlu subyek dan metode yang berkesinambungan atau tidak terputus dari level terbawah sampai tertinggi. Dengan demikian, dalam mencapai Generasi Emas Indonesia 2045 tidak dapat dilakukan secara instan, sedang materinya mengintegrasikan nilai-nilai atau teori dan praktik nyata. “Atau dikenal dengan leaning by doing,” ujar Jumadi.

Seperti disampaikan Jumadi, dengan pendidikan mental yang berjenjang dan berkelanjutan, sistematis, disertai materi praktis, peserta didik dapat memiliki mental dan karakter yang kuat. “Sampai pada saatnya peserta didik revolusi mental itu bermasyarakat dan bekerja, mereka mau mengemban amanahnya secara bertanggung jawab penuh atau profesional,” pungkas Jumadi. (Affan)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed