Gara-gara diskriminasi itu, akhirnya dapat tekanan dan berpikir ingin belajar agama dengan serius yang bisa membuatnya yakin dalam hati. “Jadi, ada benarnya juga masuk UMY, setidaknya ada satu hal berbeda yang bisa saya dapat dari kuliah di sini yaitu belajar agama,” ungkapnya.
Perempuan yang punya hobi melukis ini mengatakan, sudah saatnya memperbaiki agamanya. Selama 3 tahun lebih 6 bulan, anak bungsu ini membuktikan bahwa kehadirannya menempuh studi di UMY merupakan sebuah kesyukuran. Bukan lagi seperti yang dikhawatirkan. Pihak kampus mengajarkan tanpa melakukan diskriminatif.
“Beda dengan yang sudah-sudah. Jika tidak bisa disalahkan dengan kalimat seperti ‘kamu kok nggak bisa?’, ‘kamu nggak pernah ngaji ya?’ Sedang ini tidak dan saya salut,” paparnya. Selama ikut matakuliah agama Islam dan kemuhammadiyahan, ia melakukan kegiatan keislaman di kampus. “Jadi tidak takut, justru ada kemauan untuk belajar,” tandasnya. “Jadi sekeras apapun halangan tidak terlalu terasa.” (Affan)
Komentar