oleh

Bersiap kembali menghadapi La Nina

Meski sebagian daerah diprediksi mengalami dampak La Nina, sehingga mengalami peningkatan curah hujan, ada beberapa daerah yang justru kekurangan air karena intensitas hujan menurun, seperti Sumatera yang curah hujan sporadis dan Kalimantan Barat.

Jadi dalam satu pulau ada yang mengalami penurunan curah hujan dan ada pula yang meningkat, kata Dwikorita, sehingga perlu diwaspadai terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

Pada Januari 2022 dampak La Nina semakin meluas di Jawa, Bali, NTB, sebagian NTT, sporadis di Sumatera, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan sporadis di Kalimantan Timur serta hampir merata di Sulawesi.

Kemudian pada Februari 2022 diprediksi curah hujan meningkat di beberapa wilayah, masih merata dan meluas di Jawa, Bali, NTB dan NTT lebih tinggi.

Selain dampak La Nina, perlu diwaspadai badai tropis yang sering terjadi pada Januari-Februari yang muncul di wilayah NTT.

Belajar dari pengalaman

Pada kejadian La Nina 2020, Presiden Joko Widodo meminta jajarannya untuk bersiap mengantisipasi peningkatan curah hujan di Indonesia akibat fenomena anomali iklim tersebut. Dampak La Nina juga dirasakan di akhir 2020 dan terus bertahan hingga Februari 2021.

Berdasarkan catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), bencana hidrometeorologi masih dominan terjadi di Indonesia sepanjang Januari hingga April 2021 dengan bencana banjir yang paling sering terjadi.

BNPB mencatat 1.205 bencana alam terjadi dari 1 Januari 2021 hingga 30 April 2021. Bencana hidrometeorologi, seperti banjir, angin puting beliung dan tanah longsor, dominan terjadi pada periode waktu tersebut.

Bencana banjir menjadi peristiwa yang paling sering terjadi dengan 501 kali, disusul angin puting beliung 339 kali kejadian dan tanah longsor 233 kali.
Dilihat dari periode waktu tersebut, total jumlah kejadian mengalami kenaikan satu persen dari tahun sebelumnya, sedangkan korban meninggal, total jumlah mengalami kenaikan 1,83 persen.

Sebagai antisipasi, BNPB meminta BPBD di 34 provinsi untuk mengambil langkah kesiapsiagaan bencana hidrometeorologi basah, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor dan angin kencang, dalam menghadapi dampak fenomena La Nina.

Upaya dini yang dapat dilakukan, yaitu meningkatkan koordinasi dengan BMKG di daerah serta pemantauan secara berkala informasi iklim dan perkembangan cuaca maupun peringatan dini cuaca ekstrem.

Selain itu, BPBD meningkatkan koordinasi antardinas terkait untuk melakukan langkah-langkah kesiapsiagaan sesuai tugas pokok fungsi dan kewenangan.

Kesiapsiagaan tidak hanya pada sisi pemerintah atau pun aparatur di tingkat kecamatan dan desa, tetapi juga masyarakat, khususnya mereka yang tinggal di lokasi rawan bencana.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed