oleh

PON Papua sejauh ini, antara medali dan sportivitas

Pertina sendiri sudah membuat keputusan tegas dengan mengistirahatkan tujuh wasit dan hakim sampai hari kelima kompetisi tinju PON Papua.

Tapi kontroversi terus terjadi. Salah satunya pada bina raga ketika kontingen Jawa Timur merasa dicurangi. Pelatih kepala bina raga Jawa Timur Raja Siahaan mengungkapkan banyak kecurangan yang terlalu kentara dalam final di Auditorium Universitas Cenderawasih kemarin.

“Keputusan dewan juri pada pertandingan itu merugikan tim Jawa Timur. Misalnya atlet kami Misnadi yang sebenarnya sudah mendapat medali dalam kelas 70 kg, saat akan naik panggung untuk menerima medali tahu-tahu namanya tidak dipanggil,” kata Raja.

Kecurangan lain bahkan membuat Jawa Timur sampai mengembalikan dua medali perunggu bina raga kelas 65 kg dan 80kg yang diraih dua atletnya, Kariyono dan Komara Ditayana.

Dalam bentuk lain, kontroversi juga terjadi sebelum kompetisi, seperti disampaikan kontingen biliar Jawa Barat yang walau mengaku tak terganggu oleh strategi yang dilakukan tim lain, mereka menggarisbawahi siasat tim lain dalam memperbanyak nomor pertandingan biliar yang bukan unggulan Jawa Barat, tapi sebaliknya mengurangi potensi medali Jawa Barat dengan mengurangi atau bahkan menghilangkan nomor-nomor unggulan provinsi ini.

Itu adalah contoh bahwa aspek sportivitas dalam olahraga selama PON masih menjadi persoalan besar. Ini juga bisa menegaskan PON ini dan olahraga pada umumnya melulu dianggap sebagai upaya mengoleksi sebanyak mungkin medali yang kadang dilakukan dengan tidak mengindahkan sportivitas yang justru menjadi pembeda olahraga dari laku tidak sportif manusia dalam matra lain, misalnya politik.

Persoalan ini tak boleh dibiarkan, apalagi sampai dimaklumi. Sebaliknya, PON Papua semestinya menjadi momentum untuk tidak saja kian menyatukan negeri ini, tetapi juga meninggikan aspek sportivitas dalam olahraga.

Dengan cara ini, prestasi olahraga pada tingkat nasional bisa sebangun dan tegak lurus dengan prestasi olahraga pada tingkat regional dan internasional di mana para juara acap dihasilkan dari atmosfer kompetisi yang menjunjung tinggi-tinggi sportivitas.(anjas)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed