Kalau impor, 45 sektor tadi akan tetap dapat pasokan, tapi bagaimana dengan 73 sektor di belakang. Karena sektor-sektor itu melibatkan tenaga kerja dan keterkaitan dengan sektor lainnya sehingga tidak sesederhana itu.
Bagaimana kondisi atau porsi produk domestik bruto (PDB) dari 73 sektor itu? Ternyata angkanya bisa mencapai 56 persen, sedangkan serapan tenaga kerja terkait hulu migas mencapai 62 persen.
Kemudian, sektor pengguna berkontribusi 27,27 persen sehingga jika dijumlahkan hampir 75-80 persen PDB disumbang oleh hulu migas dan terkait serapan tenaga kerja hampir 80 persen.
“Kalau hulu migas tidak mendapat perhatian atau abai karena lebih memperhatikan EBT dan sudah ditinggalkan, maka risiko pada ekonomi nasional cukup signifikan,” kata Komaidi.
Kemudian, data juga menunjukkan bahwa konstribusi sektor migas terhadap perekonomian nasional masih memiliki keterkaitan luar biasa terhadap struktur keuangan Indonesia.
Data menunjukkan, dalam lima tahun pada 2015-2020 dari total realisasi investasi, ternyata pada 2015 sekitar 43 miliar dolar AS, migas berkontribusi sekitar 17 miliar dolar AS.
Perbandingan total investasinya besar atau sekitar 27 persen migas terhadap total investasi enam tahun terakhir dan jika khusus hulu migas porsinya 24 persen dari total investasi secara nasional.
Terbukti, satu sektor hulu migas dari 185 sektor di Indonesia, porsi investasi mencapai 24 persen, sisanya 184 sektor lain.
Ekstremnya adalah, jika hulu migas tutup, maka investasi Indonesia hilang 23-24 persen. Jika ini hilang, maka produktifitas nasional akan turun signifikan dan membahayakan struktur ekonomi nasional.
Terkait peran hulu migas ke penerimaan negara di APBN, khususnya untuk perpajakan, secara keseluruhan memang menurun, tetapi kalau lihat nominalnya masih cukup besar.
Rasio perpajakan sektor hulu migas selama ini selalu lebih besar dibandingkan “tax ratio” nasional sektor migas, termasuk dalam aspek kepatuhan pembayaran pajak, lebih tertib dibandingkan sektor lain.
Dari tahun ke tahun, hanya pada 2016 saja beririsan dengan rasio pajak nasional karena harga minyak saat itu anjlok.
Terakhir, dampak ikutan dalam hal pemakaian komponen lokal, sektor hulu migas sudah di atas 50 persen pada 2015, bahkan sempat 68 persen dan kemudian turun ke 55 persen.
Transisi energi
Mencermati perkembangan ini, agaknya pemerintah perlu mempertajam prioritas atau semacam terobosan agar sebelum peralihan secara bertahap EBT menjadi penyangga energi nasional, diperlukan sebuah langkah transisi.
Komentar