Jayapura, jurnalsumatra.com – Lagu dengan lantunan lembut nan indah mengalun, dara yang genap tujuh belas tahun itu meliukkan tubuhnya bersama keindahan pita yang seolah menari mengikuti irama musik nan apik.
Seketika semua mata di Istora Papua Bangkit tertuju kepada si gadis muda yang semakin terlihat menawan dengan kostum estetik bercorak khas Indonesia, kita mengenalnya sebagai batik.
Anggun dan elegan adalah padanan kata yang tepat menggambarkan penampilan sang perempuan belia nan menarik.
Dia adalah Sutjiati Kelanaritma Narendra, atlet muda yang memulai debutnya dalam ajang istimewa PON XX Papua.
Hadir sebagai penampil terakhir dalam kompetisi olahraga senam ritmik, Sutji menutup penampilannya dengan pose cantik.
Tak lama sorak sorai pun memecah keheningan dari bangku para penonton usai terpana pada pesona sang atlet yang terlihat bak dewi.
Tepuk tangan penonton semakin riuh usai hasil yang didapatkan Sutji terpampang di layar elektronik menunjukkan sang olahragawan mencapai nilai tertinggi dibandingkan dengan kontestan-kontestan lainnya.
Dalam senam ritmik nomor pita, Sutji meraih nilai akhir 16.500 untuk mengungguli tujuh atlet lainnya.
Penampilan memukau itu mengantarkan dia meraih penghargaan tertinggi dalam kompetisi akhir nomor pita yang mempertinggi prestasi provinsi Lampung.
Sang rookie langsung menjadi primadona baru dalam ajang PON di Bumi Cendrawasih ini.
“I am so speechless, euforianya sangat luar biasa. Saya bersyukur untuk itu,” kata Sutji dengan sumringah saat mengungkapkan kebahagiaan meraih dua medali emas dalam debutnya ini.
Cinta pandang pertama
Usaha dan kerja keras menjadikan senam ritmik sebagai jalan hidup Sutji dimulai dari cinta pada pandangan pertama.
Kecintaannya kepada senam ritmik dimulai saat dia masih gadis cilik berusia 8 tahun yang tinggal di Negeri Paman Sam. Kala itu dia menyaksikan para pesenam ritmik beraksi dengan cantik di atas arena senam saat Olimpiade 2012 dihelat di London.
Ia langsung berterus terang kepada kedua orang tuanya, Andy dan Christina Narendra, bahwa dia mencintai senam ritmik dan ingin menyelami hubungan serius dengan salah satu cabang dari ibunya olahraga itu.
Restu dari kedua orang tuanya itu akhirnya mengantarakan Sutji memulai hidup baru bersama senam ritmik.
Setahun berusaha mengenali dan mendalami senam ritmik, Sutji akhirnya memulai petualangan baru dengan mengikuti kompetisi untuk menguji kemampuannya.
Dia pun terus maju mengarungi kompetisi demi kompetisi di benua Amerika bahkan hingga benua Eropa, keterampilannya pun semakin terasah dan kian matang.
Komentar