Banda Aceh, jurnalsumatra.com – Dinas Pendidikan Pemerintah Aceh terus berupaya melakukan pemerataan mutu pendidikan hingga seluruh pelosok “Tanah Rencong” itu agar setiap lulusan mampu bersaing di tingkat nasional dan internasional.
Kepala Dinas Pendidikan Aceh Alhudri dalam keterangan diterima di Banda Aceh, Jumat, mengatakan semua pihak harus memiliki tekad yang sama untuk memajukan pendidikan Aceh dengan target jumlah lulusan sekolah yang diterima di perguruan tinggi terus meningkat setiap tahun.
“Saat ini kita sudah mulai melaksanakan pembelajaran tatap muka di sekolah. Namun, wabah COVID-19 masih ada di muka bumi ini. Kami ingatkan agar penerapan protokol kesehatan jangan diabaikan,” katanya.
Ia mengutarakan hal itu terkait dengan kunjungan ke sejumlah sekolah pelosok di Kabupaten Aceh Tamiang, yakni SMA Negeri 1 Bandar Pusaka, SMA Negeri 1 Tamiang Hulu, dan SMA Negeri 1 Sekerak.
Dia mengaku harus menempuh perjalanan jauh dengan melewati jalanan berdebu dan bebatuan, menerobos perkebunan sawit, serta menaiki perahu membelah sungai agar bisa sampai sekolah di pedalaman Aceh Tamiang.
Hal tersebut, kata dia, untuk melihat langsung kondisi pendidikan di pedalaman Aceh dan merencanakan pembangunan pendidikan berkualitas di pelosok daerah itu.
“Kita bercita-cita melakukan perubahan di sektor pendidikan melalui pemerataan mutu pendidikan di seluruh Aceh, sehingga lulusan SMA, SMK, dan SLB mampu bersaing di tingkat nasional bahkan internasional,” katanya.
Ia menyebut saat ini sekolah sudah berlangsung secara tatap muka di tengah pandemi.
Ia berharap, kegiatan belajar mengajar terus berjalan, namun tetap diperlukan upaya pencegahan penyebaran COVID-19 melalui penerapan protokol kesehatan dan mempercepat vaksinasi bagi guru dan siswa.
“Alhamdulillah, sudah mulai terlihat hasil dari ikhtiar vaksinasi yang kita lakukan, saat ini jumlah orang yang terpapar COVID-19 mulai menurun di Aceh. Hal itu dapat dilihat dari data yang dipaparkan tim Satgas COVID-19 setiap harinya,” katanya.
Ia juga memberi semangat kepada para guru dan siswa di sekolah setempat.
Ia mengapresiasi ketekunan dan kegigihan para guru dan tenaga kependidikan yang mengajar di SMA Negeri 1 Sekerak, yakni sekolah yang jaraknya paling jauh dari pusat kota.
“Gurunya sudah bersemangat, maka adik-adik juga harus lebih semangat sekolahnya. Karena kita sudah memiliki fasilitas yang memadai di sini. Di Pameu, Aceh Tengah, anak-anak harus belajar di balai desa untuk bisa bersekolah,” katanya.
Kepala Cabang Dinas Pendidikan Aceh Wilayah Aceh Tamiang Bachtiar mengatakan SMA Negeri 1 Sekerak memiliki tiga rombongan belajar dengan jumlah siswa 60 orang berasal dari tiga desa. Setiap hari para siswa harus berjalan sekitar 5-10 kilometer untuk menuju sekolah.
Komentar