Cerita Kali Biru Kampung Berap itu menegaskan banyak sekali potensi wisata dan ekonomi di Papua. Tetapi sebagaimana banyak situs wisata lainnya di provinsi paling timur Indonesia ini Kali Biru Kampung Berap masih diusahakan secara adat.
Untuk satu sisi, formula ini efektif dalam melibatkan masyarakat sekitar berperan serta untuk pengembangan pariwisata, tetapi di sisi lain menjadi kendala dalam memajukan lebih jauh lagi situs-situs wisata Papua.
Pemerintah daerah memang bisa membantu mengelola situs wisata kelolaan adat, namun kerap minimal sekali, semisal hanya menyediakan pemondokan dan penataan lahar parkir yang pada praktiknya pun tetap dikelola masyarakat setempat tanpa administrasi yang jelas.
Di satu sisi peran serta adat bisa memastikan kearifan lokal terpelihara dan masyarakat bisa aktif mengelola dunia wisata. Namun di lapangan, memajukan dunia pariwisata tak cukup dengan itu.
Perlu ada sentuhan modernitas dan pengelolaan kepariwisataan yang melibatkan semua pihak, termasuk pemerintah pusat, daerah, dan pastinya investor.
Pola seperti itu merupakan keniscayaan dalam upaya mengembangkan kepariwisataan di mana pun, agar misalnya ketika ada peristiwa-peristiwa tertentu, katakanlah PON Papua 2021, situs-situs wisata kecipratan dikunjungi masyarakat, khususnya luar Papua.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno sendiri awal September lalu mengharapkan PON Papua membangkitkan ekonomi dan pariwisata Papua.
“Demi meningkatkan kesejahteraan yang ada di sekitar objek wisata,” kata Sandiaga.
Perlu penelusuran lebih dalam guna mengenali akar pengelolaan wisata di Papua karena di sini terlalu banyak situs wisata yang seharusnya bisa diusahakan lebih maju lagi, bahkan bisa secanggih Bali.
Intinya, kearifan lokal memang perlu dan mengayakan, tetapi manajemen modern tetap merupakan kebutuhan mendesak agar apa pun, termasuk pariwisata, berkembang luas sehingga menyejahterakan masyarakat seperti disebut Sandiaga.(anjas)
Komentar