oleh

Peluang usaha di kejernihan Kali Biru dan masalah pariwisata Papua

Yang bisa dilakukan pemerintah hanya membantu memperbaiki akses jalan atau menyediakan fasilitas pendukung seperti pemondokan dan pengelolaan parkir.

Tapi soal parkir ini pada praktiknya kebanyakan tak terurus dengan baik, bahkan acap orang bebas memungut mereka yang dianggapnya pelancong. Seringnya ini tidak disertai tiket parker. Belum lagi, soal tarif parker yang sepertinya sekenanya.

Soal bukti parkir agaknya menjadi persoalan khas tempat-tempat wisata Papua. Di Bukit Tungku Wiri di Distrik Waibhu, Kabupaten Jayapura misalnya, di mana orang lebih mengenalnya dengan nama Bukit Teletubbies, juga terjadi seperti ini.

Belum lagi masalah sampah yang ditinggalkan pelancong, yang juga ditemui di Bukit Teletubbies.

“Tak apa, kami setiap sore ke atas bukit memunguti sampah-sampah itu,” kata Toni Daimoe, penjaga gerbang Bukti Tungku.

Padahal Minggu pekan lalu itu ANTARA datang sebagai salah satu pengunjung yang paling pagi menyusuri rangkaian bukit indah di tepi Danau Sentani tersebut.

Dan sepanjang jalan, sampah berserakan di beberapa titik yang terlalu banyak untuk bisa dibuang oleh tidak lebih dari sepuluh orang yang pertama datang ke situs wisata ini. Sampah-sampah ini malah terlihat bekas ditinggalkan pengunjung-pengunjung sehari sebelumnya atau bisa jadi lebih lama lagi.

Sementara itu, di pinggir Kali Biru Kampung Berap, Kalep tak henti bercerita.

Dia kini berbicara soal wembuaa, sejenis arwana kecil-kecil, dan kepiting khas Kali Biru yang juga kecil-kecil.

“Ikan-ikan itu tak kami makan,” kata Kalep. “Karena yang kami makan ikan-ikan besar, seperti kakap tawar, gurame dan mujair yang ada di kali ini.”

Kalep dan orang-orang sekampungnya awalnya tak tahu dua ikan kecil itu memiliki nilai jual tinggi.

Manakala seseorang di Jakarta yang dia panggil “abang” memperlihatkan sejenis ikan yang belum berhasil ditemukannya di tempat mana pun saat itu, Kalep segera mengenalinya.

“Ikan ini ada di sungai ini bang,” kata Kalep begitu “si abang” mengirimkan foto sejenis ikan hias lewat ponselnya.
Sentuhan manajemen

Kalep mengklaim wembuaa hanya ada di Kali Biru Kampung Berap. ANTARA yang berusaha memastikannya lewat berselancar di Internet pun berulang kali gagal menemukan referensi soal ikan ini, termasuk bentuk ikan ini.

Ikan wembuaa muncul malam hari ketika sudah tak ada pengunjung wisata di Kali Biru.

Kalep sudah mengirimkan sekitar 1.000 ekor wembuaa ke Jakarta, ditambah kepiting hias Kali Biru sebanyak 500 kg.

Tak cuma itu, Kalep dan keluarga besarnya dari fam Buwe juga mengusahakan tanaman hias, khususnya bunga batik dan janda bolong. Dua jenis bunga ini semestinya menarik kalangan pecinta tanaman hias.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed