Paling penting dari itu semua adalah pencarian dan pembinaan talenta-talenta muda secara berjenjang. Sebab, tanpa itu olahraga akan kering dan mati secara perlahan, lalu sirna.
Untuk pencarian bibit, Perserosi Papua akan terjun ke sekolah-sekolah serta membentuk klub-klub lokal. Apabila klub sepatu roda lokal tumbuh, maka tentu popularitas sepatu roda pun kian menanjak.
“Kami optimis orang tua di Papua akan mendorong anak-anaknya bermain sepatu roda. Dan saya benar-benar tak menyangka euforia masyarakat sangat tinggi saat PON,” kata Abel.
Pernyataan itu tak hanya disuarakan Abel, warga Papua juga berharap demikian. Agustina Fairyo berharap euforia PON Papua tidak cepat berakhir, karena membuat aktivitas masyarakat dan perekonomian di sekitar gelanggang pertandingan menjadi lebih hidup.
“Sa berharap kemeriahan olahraga terus ada di Papua. Jangan beres PON terus jadi sepi lagi,” ujar warga Biak yang tinggal di Jayapura tersebut.
Ia juga berharap pemerintah rutin menggelar berbagai kejuaraan di Jembatan Merah Youfena. Ia tak ingin jembatan itu sekedar jadi jalur lintas penghubung antar wilayah, tapi jadi jantung kegiatan masyarakat.
Kelas dunia
Salah satu titik mula kebangkitan cabang olahraga adalah tersedianya fasilitas yang mumpuni dan mewadahi bakat-bakat setempat. Tanpa adanya gelanggang yang representatif, olahraga akan berjalan di tempat.
Masyarakat Papua kini patut berbangga karena telah memiliki arena sepatu roda Klemen Tinal yang terletak di Bumi Perkemahan Waena, Kota Jayapura.
Arena sepatu roda ini diambil dari nama Wakil Gubernur Papua ke-10, Klemen Tinal, yang wafat pada 21 Mei 2021. Mendiang Klemen Tinal juga tercatat sebagai Ketum Perserosi masa bakti 2017-2021.
Mendiang Klemen Tinal adalah tokoh yang paling berjasa atas pembangunan arena sepatu roda berstandar internasional tersebut. Pemberian nama ini sebagai penghargaan atau dedikasi dari sosok yang merupakan bupati pertama Kabupaten Mimika itu.
Dia menggagas pembangunan arena sepatu roda pada akhir 2019 guna pelaksanaan PON Papua. Semula, arena tersebut bernama Roller Sport Stadium Papua Bangkit. Kemudian Pengprov Perserosi Papua mengusulkan perubahan nama menjadi Klemen Tinal Roller Sport Stadium.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Velix Wanggai, hingga Jeffry Abel bahkan berani memberi garansi bahwa arena tersebut terbaik di Asia Tenggara dan nomor dua di Asia.
Pernyataan tiga tokoh itu diperkuat Federasi Sepatu Roda Dunia (FIRS) yang menobatkan arena di Papua ini menjadi menjadi yang terbaik kedua di Asia setelah China.
Komentar