Selain untuk memberi waktu untuk berbagai proses adaptasi di dalam maupun luar lapangan, kontingen sepak takraw DKI juga sudah berkomunikasi intens dengan tuan rumah untuk melakukan beberapa uji coba.
Kedatangan lebih dini itu diakui Abdul Gani cukup membantu para pemainnya menjadi semakin nyaman untuk berlaga di GOR Trikora, karena sudah menggunakannya dua pekan lebih panjang.
Selanjutnya: Apabila ingin ditarik…
Linier
Apabila ingin ditarik lebih jauh, emas PON perdana bagi tim sepak takraw DKI agaknya menjadi buah perjalanan panjang 14 tahun lamanya.
Pasalnya, atlet-atlet yang kini berlaga membela lambang Monas di dadanya merupakan binaan Abdul Gani semasa ia menjadi pelatih di Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) DKI Jakarta pda 2006 s.d. 2017.
Selepas dari PPLP, Abdul Gani melanjutkan peran pembinaannya di Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Mahasiswa (PPLM).
Dengan komposisi pemain yang sama, Abdul Gani sempat mengecap gelar juara di tingkat Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS) juga di level Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNAS), sebelum kemudian menerima tugas menangani tim putri DKI untuk PON Papua semenjak 2019.
“Mereka sudah biasa bersama saya di tingkat pelajar, mahasiswa, sudah saya bentuk. Jadi mental juaranya sudah tinggi,” kata Abdul Gani.
“Saya sadar dari 2006 itu memang harus membentuk orang, naluri saya bilang kalau di tingkat pelajar juara, tingkat mahasiswa juara, Insha Allah bisa juga di PON, karena lawannya lebih kurang sama,” ujarnya menambahkan.
Raihan itu tentunya juga tidak lepas dari dukungan serius yang diberikan oleh pemangku kepentingan olahraga di DKI Jakarta.
Abdul Gani mengakui bahwa perhatian Dinas Pemuda dan Olahraga DKI Jakarta memang cukup tercurahkan untuk sepak takraw maupun sejumlah cabang olahraga lain yang selama ini bisa berprestasi di usia dini.
Bersamaan dengan perhatian yang cukup membuka opsi pembinaan berkelanjutan, ia beserta jajaran pelatih dan para atlet juga turut mengorbankan banyak hal dalam menorehkan sejarah emas PON pertama DKI dari sepak takraw.
Raihan emas PON Papua juga menjadi pembuktian tersendiri bagi Abdul Gani beserta atlet-atlet binaannya, sebab selama ini sepak takraw kerap dianggap gagal memenuhi ekspektasi dan target dari KONI DKI.
“Alhamdulillah. Karena memang kerja keras bersama juga. Saya tidak mau main-main, saya ke pemain bahwa saat ini kuliah, keluarga dan waktu harus dikorbankan dulu, kami tidak mau sia-sia ada di sini (Papua),” katanya.
“Alhamdulillah yang mereka korbankan dan jalankan berbuah hasil emas kemarin,” ujar Abdul Gani lagi.
Komentar