China meradang dengan menuduh negara aliansi AUKUS belum mampu melepaskan mental perang dingin. Prancis bersama Uni Eropa meminta pertanggungjawaban Australia yang membatalkan kontrak kerja sama pertahanan antara Prancis-Australia senilai 65 miliar dolar AS.
Negara-negara ASEAN terpecah, Singapura dan Filipina menyatakan dukungan secara terbuka terhadap AUKUS. Sementara Malaysia, lebih bersikap diplomatis dengan kunjungannya ke China untuk memperoleh perspektif pemimpin. Indonesia sendiri, sebagai pemimpin ASEAN secara de facto menyatakan risiko perlombaan senjata di kawasan.
Dampak AUKUS
Skala ancaman China di kawasan Indo-Pasifik telah tumbuh secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir. Proyek OBOR (One Belt One Road) membentang di zona luas yang membentang melalui beberapa jalur laut paling vital di dunia timur dari India ke Jepang dan selatan ke Australia. Kebijakan peningkatan anggaran belanja militer, dan tekanan militer China di Laut China Selatan semakin meningkatkan intensitas ancaman bagi negara-negara di kawasan.
Kerja sama dalam pengembangan kapal selam bertenaga nuklir ini dalam AUKUS bukan tanpa alasan. Kapal selam bertenaga nuklir mampu meluncurkan serangan nuklir. Karena alasan itulah, Korea Utara juga memperingatkan tentang perlombaan senjata baru di kawasan itu setelah kesepakatan AUKUS.
Setiap kapal selam nuklir Australia kemungkinan akan dikerahkan ke wilayah perairan yang sedang diperebutkan, seperti Laut Cina Selatan, di mana beberapa negara Asia, termasuk Indonesia berselisih dengan China.
Meskipun Australia dapat melintasi lautan yang luas dan tersembunyi di perairan dalam, kapal selam nuklir beroperasi dengan uranium yang sangat diperkaya, dapat digunakan untuk pengembangan senjata nuklir. Hal ini mengkhawatirkan atas perjanjian Zona Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara.
Indonesia, sebagai wilayah dengan perairan terbesar di ASEAN, kemungkinan akan berinteraksi lebih banyak dengan kapal selam nuklir Australia, terutama di kawasan Laut Indonesia, Laut Arafuru, Laut Sulawesi, dan Laut China Selatan. Tentu ini bentuk ancaman baru bagi kedaulatan.
Dua Jalur Diplomasi
Jika dilihat secara lebih luas, AUKUS lebih dari sekadar kelas kapal selam. Presiden AS Joe Biden berbicara tentang perlunya mempertahankan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka, dan untuk mengatasi lingkungan strategis saat ini di kawasan itu. Artinya, kepentingan global AS terhadap negara-negara demokrasi di kawasan Asia masih signifikan. Oleh karena itu, tidak salah jika China menyebut pakta AUKUS sebagai manifestasi mental perang dingin.
Komentar