oleh

HUT Ke-76 TNI dan reorientasi pertahanan RI pasca-AUKUS

Jakarta, jurnalsumatra.com – Tantangan pertahanan negara kini semakin kompleks. Dinamika lingkungan strategis terus berkembang dari waktu ke waktu. Di berbagai kawasan dan belahan dunia, tampaknya perang antarbangsa belum akan berakhir.

Perang kekuatan militer antarnegara pemenang Perang Dunia II masih mewarnai halaman-halaman media dan media sosial. Perebutan pengaruh tak terhindarkan. Konflik di Palestina, Afghanistan dan Laut China Selatan yang semakin memanas menunjukkan bahwa konflik masih belum berakhir.

Karena itu, TNI sebagai benteng pertahanan bangsa dituntut untuk terus mengikuti perkembangan geostrategi global dan teknologi mutakhir yang kini makin canggih. TNI juga dituntut adaptif dengan teknologi peperangan modern, mengingat adanya pergeseran peperangan dari hard power ke soft power dan smart power.

Di sisi lain, kerawanan di perbatasan negara seperti separatisme, kejahatan transnasional, dan perebutan wilayah juga terus terjadi. Penyelundupan terorisme di perbatasan masih terus terjadi, perlawanan bersenjata di Papua terus bergejolak.

Menurunnya ekonomi negara tetangga, seperti Timor Leste, juga akan berimbas ke negara kita. Sementara negara-negara Asia Tenggara masih sibuk menghadapi klaim sepihak China di Laut China Selatan. Terlebih, muncul dan berkembang biaknya terorisme juga semakin menambah jumlah musuh peperangan bersenjata.

Pada situasi TNI genap 76 tahun mendorong kita semua untuk turut berkontribusi dalam membangun pertahanan negara yang lebih efektif dan visioner.

Sebagai organisasi garda terdepan dalam menjaga kedaulatan, TNI punya tugas menanggulangi berbagai ancaman, baik militer ataupun nonmiliter, dalam rangka mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Ancaman adalah setiap upaya dan kegiatan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang dinilai mengancam atau membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.

Pakta AUKUS

Amerika Serikat, Inggris, dan Australia mengumumkan pakta keamanan untuk wilayah Indo-Pasifik yang disebut dengan Pakta Pertahanan AUKUS pada 15 September 2021. Di bawah pakta tersebut, Australia memperoleh kapal selam bertenaga nuklir dari Amerika Serikat dan Inggris.

Pakta Pertahanan AUKUS mencakup kerja sama dalam kemampuan dunia maya, kecerdasan buatan, teknologi kuantum, dan kemampuan bawah laut tambahan. Di bawah Pakta AUKUS ini, kekuatan militer Australia meningkat secara signifikan di kawasan.

Meski tidak disebutkan secara spesifik, tapi dapat dilihat dengan jelas bahwa Pakta AUKUS sebagai respons terhadap ketegangan militer di kawasan Laut China Selatan. Bantuan berupa kapal selam kepada Australia memperkuat asumsi itu.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed