oleh

SMB_IV Berharap Generasi Milenial Mencontoh Kepahlawanan SMB II

Palembang, jurnalsumatra.com – Momen peristiwa 200 tahun pengasingan Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II dimanfaatkan kaum milenial untuk belajar memahami sejarah perjuangan SMB II dalam melawan kolonial Belanda. Kegiatan ini dikemas dalam Diskusi Milenial SMB II Festival dengan tema Milenial Kepoin Kepahlawanan SMB II Melawan Penjajah, 200 tahun diasingkannya SMB II ke Ternate, di Kampung Kuliner Bingen, Kelurahan 13 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu 2, Selasa (29/6/2021).

Dalam kesempatan ini dihadiri langsung Sultan Palembang,  Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jayo Wikramo RM Fauwaz Diradja, yang menjadi keynote speaker dalam diskusi ini. Di sana, SMB IV RM Fauwaz Diradja menceritakan peristiwa pengasingan SMB II ke Ternate. Menurut Fauwaz, keinginan SMB II rela untuk diasingkan bukan semata kalah saat melawan Kolonial Belanda, namun menjaga hubungan keluarga agar tidak terluka.

“SMB II rela dibuang ke Ternate dan menjalani kehidupannya dengan mensyiarkan ajaran agama Islam,” kata  Fauwaz. Untuk itulah, dia berharap agar peristiwa pengasingan tersebut bisa dikenal kaum milenial agar mengetahui dan mencontoh perjuangan kepahlawanan SMB II dalam melawan penjajah. “Dengan kegiatan seperti ini, saya berharap minat generasi milenial untuk belajar sejarah bisa tumbuh,” harap Fauwaz.

Sedangkan sejarawan Sumsel Dedi Irwanto melihat sosok SMB II  diwarisi kebesaran pendahulunya dan sebagai pewaris Kesultanan Palembang itu sendiri. “ SMB II juga punya keinginan untuk menyamai bahkan melebihi pendahulunya tapi moment pendahulunya dengan SMB II agak sedikit berbeda, karena dimasa SMB II Kesultanan Palembang Darussalam menghadapi cobaan atau ada usaha Hindia Belanda untuk mendirikan Hindia Raya termasuk ingin menguasai Palembang, tapi disinilah kebesaran SMB II , beliau sosok yang luar biasa besar dan gigihnya dan tiada tanding, bahkan para musuhnya Rafles, Mutinghe dan De Cock  mengakui SMB II adalah pemimpin besar yang mampu menghimpun semua elemen masyarakat,” kata dosen sejarah Universitas Sriwijaya (Unsri) ini.

Menurutnya SMB II layak menjadi idola kaum milenial saat ini sehingga dia menilai kedepan perlu ada usaha  untuk pencinta sejarah dan kalangan muda membuat cerita pop dengan membuat cerita , cerpen novel sejarah dan bisa menceritakan SMB II dalam novelnya. Sementara itu, Ketua Komunitas Sahabat Cagar Budaya, Robby Sunata mengaku sangat mendukung agar SMB II menjadi lebih dikenal anak muda di Palembang. Untuk itulah, menurut dia perlu diadakan kembali kegiatan dengan konsep yang fresh agar dapat menjangkau lebih banyak generasi muda. “Kegiatan seperti ini sangat baik, sehingga perlu ada kegiatan seperti ini agar bisa menjangkau lebih banyak lagi,” katanya.(udy)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed