Jakarta, jurnalsumatra.com – Ocean Plastic Prevention Accelerator (OPPA) berkolaborasi dengan Bank Sampah Induk Surabaya (BSIS) membagikan 200 paket alat pelindung diri (APD) pemilahan sampah dan sembako kepada para pekerja sektor sampah.
“Aksi sosial Peduli Pahlawan Lingkungan ini diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya keselamatan kerja dan peningkatan kesejahteraan pekerja pengelola sampah,” kata Anjar Putro selaku ketua Bank Sampah Induk Surabaya (BSIS) dalam keterangannya pada Jumat.
Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebut di era pandemi tahun 2020, total produksi sampah nasional telah menembus angka 67,8 juta ton, atau meningkat sekitar 3 juta ton dari tahun 2018. Artinya, hampir 185.753 ton sampah setiap harinya dihasilkan oleh 270 juta penduduk Indonesia. Melihat peningkatan tersebut tentu peran pekerja pengelola sampah amat krusial.
Pengelolaan sampah di Indonesia dan di seluruh dunia mayoritas dijalankan oleh pekerja informal. Berdasarkan data International Labor Organization (ILO), hanya sekitar 4 juta dari total 9-14 juta pekerja di sektor pengelolaan sampah di seluruh dunia terhitung formal. Artinya, mayoritas pekerja sektor informal dalam kesehariannya berinteraksi dengan sampah tak memakai perlengkapan pengaman memadai dimana risiko terinfeksi material asing dan kecelakaan kerja sangat tinggi. Belum lagi kemungkinan tertular COVID-19.
Dari perspektif proses kerja, pekerja sektor sampah rawan dicurangi karena kurangnya transparansi di dalam rantai pasokan. Hal ini membuat praktik kerja etis menjadi sulit diukur. Terlebih pendapatan pekerja pengelola sampah termasuk dalam kelompok ekonomi rentan. Berdasarkan Survei Badan Pusat Statistik (BPS) Juni 2020, sebanyak 70,53 persen responden masyarakat dengan upah di bawah 1,8 juta rupiah per bulan mengaku mengalami penurunan pendapatan sejak COVID-19 melanda.
Seperti dialami Suhartono (46), salah satu pekerja sektor sampah di Surabaya yang mengeluhkan pendapatan hariannya berkurang sejak pandemi. “Sebelum ada Corona, dapatnya 200 Ribu rupiah tiap kali setor, sekarang ini nggak tentu, kadang 100 Ribu kadang 120 Ribu,” katanya.
Secara bersamaan, pekerja sektor sampah juga rawan kehilangan pekerjaan. Seperti dialami pekerja salah satu BSIS, Yuda (37) yang sempat dirumahkan sementara waktu. Beberapa fasilitas pengolahan sampah memilih menunda operasinya selama pandemi untuk mengurangi penyebaran virus dari material asing atau omset turun drastis akibat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Komentar