oleh

Bakat anak tetap bisa berkembang di tengah pandemi

Semarang, jurnalsumatra.com – Pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) yang melanda dunia, termasuk Indonesia, tidak saja berdampak negatif, tetapi juga positif, setidaknya anak-anak makin akrab dengan teknologi.

Seiring dengan penerapan sistem pembelajaran jarak jauh dalam jaringan (PJJ daring), makin mempercepat pula transformasi teknologi pendidikan di Tanah Air.

Seperti diketahui bahwa penerapan PJJ daring sejak April 2020 bertujuan untuk mengurangi risiko penyebaran virus corona, terutama pada anak-anak.

Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan jumlah kasus konfirmasi COVID-19 di Tanah Air hingga 2 Juni 2021 pukul 12.00 WIB sebanyak 1.831.773 orang, 1.680.501 orang sembuh, dan 50.908 orang meninggal dunia, serta 100.364 orang menjalani perawatan/isolasi.

Disebutkan pula data vaksinasi COVID-19 hingga 2 Juni 2021, masyarakat Indonesia yang ikut vaksinasi ke-1 sebanyak 16.766.263 orang, sementara pada vaksinasi ke-2 baru 10.852.984 orang. Adapun target sasaran vaksinasi sebanyak 40.349.049 orang.

Sementara itu, di kalangan pendidik dan tenaga kependidikan, Pemerintah menargetkan setidaknya 5,6 juta orang mendapatkan vaksinasi hingga akhir Juni 2021. Namun, hingga 31 Mei 2021, baru sekitar 28 persen.

Dalam Rapat Kerja Komisi X DPR RI, sebagaimana diwartakan ANTARA pada Hari Senin (31/5), Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim menyebutkan 1,54 juta pendidik dan tenaga kependidikan telah mendapat vaksinasi COVID-19.

Nadiem menyampaikan pula bahwa banyak pemerintah daerah dan satuan pendidikan mulai melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas dengan protokol kesehatan yang ketat, yakni memperbolehkan kehadiran 50 persen dari total kapasitas peserta didik, memakai masker, menjaga jarak aman, dan tidak ada aktivitas di kantin.

Tantangan bagi ortu

Apa yang disampaikan Nadiem setidaknya memberi gambaran situasi dunia pendidikan saat ini. Bisa dikatakan wabah virus corona ini peluang sekaligus tantangan bagi orang tua ketika akan mengembangkan bakat anaknya.

Hal itu mengingat, kata praktisi dan santri talents mapping Andri Fajria, bakat anak ini tidak lepas dari penerapan rumus 3B, yakni banyak bertemu orang, banyak beraktivitas, dan beragam aktivitas.

Tidak pelak lagi, pengembangan bakat anak terhambat karena anak didekatkan dengan gadget (gawai) yang melenakan anak dalam aktivitas, seperti bermain gim.

Karena permainan itu mengalihkan anak dari kegiatan 3B, menurut dosen Universitas Bhayangkara ini, harus ada pembatasan waktu anak berinteraksi dengan gawai setiap harinya.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed