Muba, jurnalsumatra.com – Proyek peningkatan Jalan di Rimba Ukur (C5) sebagai akses penghubung desa Rantau Sialang, Kecamatan Sungai Keruh yang usai dibangun oleh Dinas Pejerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) belum lama ini, menuai protes dari warga pengguna jalan karena dianggap belum selesai. Pasalnya, pada ruas jalan tersebut masih terdapat gorong-gorong ambrol yang belum diperbaiki sama sekali.
“Proyek peningkatan jalan dan Jembatan ini terbilang lucu, katanya suda diperbaiki tapi jalan masih sulit dilalui. Karena pengguna jalan masih harus melewati jembatan darurat pada gorong-gorong yang ambrol ini. Jadi kalau perbaikan jalan ini dinyatakan selesai 100 persen saya rasa keliru.”Ujar Samsuri (45) salah satu pengguna jalan saat dibincangi wartawan Jurnal Sumatra.com (28/5/2021) pagi.
Tidak hanya itu, disela-sela kesibukannya mengangkat Roda sepeda motornya yang terperosok saat melintasi Jembatan darurat tersebut, Samsuri juga menuding, kalau peningkatan jalan yang dianggarkan Pemkab Muba melalui Dinas PU.PR tahun anggaran 2021 dengan biaya ratusan juta rupiah itu terkesan asal jadi. “Karena saat pengerjaannya, saya lihat tidak dipasang papan proyek, sudah itu pengerasan dengan batu koral yang dilakukan dinilai cukup tipis. Dikhawatir hasil peningkatan yang dilakukan itu, tidak akan bertahan lama, lihat saja kondisinya sekarang ini mulai rusak.”Ungkapnya.
Terpisah, Kepala Desa Rantau Sialang Erwin mengatakan, bahwa sebelumnya gorong-gorong yang ambrol itu sempat dipoto oleh pihak PU.PR Muba.” Sebelum nya gorong-gorong yang rusak itu sempat dipoto oleh pihak PU. PR dan katanya akan diperbaiki. Namun sejauh ini belum juga dikerjakan.” Kata Erwin. Erwin juga berharap kepada pihak PU-PR agar memperbaiki gorong-gorong yang ambrol tersebut, supaya arus lalulintas dapat berjalan lancar.
“Kalau harapan kami sich, gorong-gorong itu juga ditingkatkan, karena jalan itu satu satunya akses terdekat bagi kami warga desa Rantau Sialang maupun warga desa Rimba Ukur.”harap dia. Erwin juga mengatakan, dengan keberadaan jembatan darurat terbuat dari kayu, arus lalulintas menjadi terganggu.
“Yang jelas lebih banyak warga pengguna jalan memilih jalan alternatif lain dengan jarak tempu cukup jauh, ketimbang melewati jembatan darurat tersebut. Terutama dimalam hari, karena mereka khawatir dan takut terjadi hal-hal yang tak di inginkan saat melintasinya.”Jelas Erwin. Sayangnya, ketika dikonfirmasi, melalui via WhatsApp ke no 0813 8787XXXX tidak mendapat jawaban dari pihak dinas PU-PR Muba.(Rafik Elyas).
Komentar