Pada kesempatan itu, Managing Director The ITDC Nusa Dua, I Gusti Ngurah Ardita menyampaikan bahwa pelaksanaan audit surveillance yang dilaksanakan oleh ISTC serta difasilitasi oleh Kemenparekraf ini sangat membantu ITDC selaku pengelola Kawasan The Nusa Dua.
Ini untuk memantau implementasi program “sustainable tourism” yang diterapkan dalam pelaksanaan manajemen tata kelola kawasan dan penyediaan, serta pemeliharaan infrastruktur yang ramah lingkungan, termasuk pelaksanaan kerja sama dengan lingkungan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar kawasan dan menjaga pelestarian budaya yang menjadi modal utama pariwisata Bali.
“Pemenuhan terhadap aspek kepariwisataan berkelanjutan dan implementasi konsep CHSE sekaligus akan meningkatkan ‘value’ Kawasan The Nusa Dua sebagai destinasi pariwisata yang terintegrasi dan dapat menjadi kebanggaan, serta ‘role model’ bagi kawasan lainnya di Indonesia yang hendak dikembangkan dengan prinsip berkelanjutan,” ujar I Gusti Ngurah.
Tahapan pelaksanaan audit surveillance ini, dimulai dengan penyampaian maksud dan tujuan oleh “lead auditor”, dilanjutkan dengan paparan yang disampaikan oleh Managing Director ITDC Nusa Dua.
Lalu, wawancara verifikasi dengan para pemangku kepentingan yang hadir, meliputi Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, Jero Bendesa Desa Adat Bualu, Desa Adat Benoa, Kelompok Paguyuban masyarakat sekitar, Perwakilan Dinas LHK, Dinas Pariwisata Kabupaten, Bali MICE, Pihak Keamanan (TNI dan Polri), dan lainnya.
Dalam penyampaian hasil audit, lead auditor menyampaikan apresiasi tinggi kepada pengelola ITDC atas keberhasilannya dalam mempertahankan serta meningkatkan upaya keberlanjutan di destinasi.
Para auditor memberikan catatan “good points” atas capaian ITDC, antara lain sistem tanggap keselamatan dan bahaya kesehatan, kegiatan promosi yang akurat terkait situasi normal baru, dan terdapat video yang mempromosikan bagaimana penerapan CHSE guna meraih kepercayaan wisatawan.
Selain itu, pengelolaan lingkungan di ITDC Nusa Dua sudah berjalan dengan baik. Kawasan bersih, hijau, dan indah, dilengkapi dengan beragam tanaman di taman ataupun di masing-masing properti yang dikelola hotel.
Beberapa “best practices” dalam kategori lingkungan yang telah dilakukan ITDC yaitu konservasi flora dan fauna lokal, pengelolaan limbah cair (IPAL), dan limbah padat atau sampah (“composting” dan pengelolaan B3), pemanfaatan air bersih secara optimal melalui metode “Sea Water Reverse Osmosis” (SWRO) dan “Reuse Treated Wastewater” tanpa menggunakan air bersumber dari sumur bor.(anjas)
Komentar