oleh

Mempertahankan tradisi Pasar Bandeng di tengah pandemi

“Bagaimanapun, sebuah tradisi harus tetap menyesuaikan zamannya. Saat ini, zaman virtual dan milenal, maka upaya-upaya inovasi terkait masa kini harus perlu dilakukan untuk mempertahankannya,” kata Krisaji.

Ia mengatakan, mempertahankan tradisi dan budaya itu tidak gampang, sebab perlu adanya pengembangan-pengembangan agar tetap berjalan, termasuk lelang dan kontes bandeng yang digelar secara virtual kali ini.

Pelaksanaan secara virtual ini, kata dia, merupakan terobosan, karena sebelumnya selalu digelar dengan pertemuan langsung yang disaksikan masyarakat Gresik di jantung kota, atau Alun-alun.

“Saya yakin, pelaksanaan lelang bandeng virtual yang pertama kali dalam sejarah Kabupaten Gresik ini tidak akan mengurangi rasa dari tradisi itu sendiri yang sudah melekat di setiap individu warga Kabupaten Gresik,” katanya.

Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani mengatakan, digelarnya kembali tradisi pasar dan lelang bandeng tahun ini karena di balik itu terdapat perputaran ekonomi yang luar biasa.

Ia mencatat, tradisi pasar dan lelang bandeng mendorong produksi ikan bandeng mencapai 80 ribu ton per tahun, dengan nilai ekonomi menembus Rp1 trilun.

“Kontes dan lelang bandeng ini berangkat dari potensi ikan bandeng yang melimpah di Kabupaten Gresik. Satu tahun panen, hasilnya mencapai 80 ribu ton. Kalau diestimasikan harga satu kilo bandeng Rp10 ribu, maka perputaran uangnya sangat besar, Rp1 triliun,” kata Yani.

Ia mengatakan, selain di sisi komoditas ikan, pasar bandeng mendorong kegiatan padat karyanya. Sebab, terdapat ibu-ibu di kampung-kampung Gresik yang melakukan kegiatan ekonomi untuk mendukung tradisi tersebut.

Oleh karena itu, pria yang akrab disapa Gus Yani itu mengakui, sejak awal tetap berkeingian menggelar tradisi pasar dan lelang bandeng, sebab tahun lalu sempat vakum akibat pandemi.

Sejarah

Dalam literasi Babad Tanah Gresik, Kabupaten Gresik yang luasanya sampai Rungkut Indusrti, pernah masuk dalam wilayah administrasi Kota Surabaya dan dikenal memiliki tambak terbesar kala itu, yakni, di antara tahun 1350-1389 Masehi di masa raja keempat Majapahit, Hayam Wuruk memerintah. Bahkan, kala itu raja mengangkat Patih Tambak di Gresik. Hal itu dibuktikan dengan ditemukannya prasasti Karangbogem di wilayah Kecamatan Bungah.

Prasasti itu, pada tahun 1387 Masehi merupakan prasati logam satu keping yang dikeluarkan oleh seorang tokoh, yakni dua tahun sebelum Hayam Wuruk wafat untuk menunjuk Patih Tambak.

Krisaji yang juga sejahrawan Gresik mengakui, selain versi Majapahi, ada juga versi lain mengenai awal mulanya pasar bandeng di wilayah setempat, salah satunya dari cerita Sunan Giri, yang konon dahulu berniat mengembangkan ekonomi Kabupaten Gresik, kemudian melihat potensi wilayah itu yang memiliki pertambakan luas lalu membuat tradisi Pasar Bandeng saat mendekati Lebaran.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed