oleh

Sigit Muhartono, nahkoda baru Perinus jelang holding BUMN pangan

Selepas dari Garuda Indonesia, Sigit menduduki posisi sebagai Presiden Komisaris di PT Aero Trans untuk periode 2016-2019, Presiden Komisaris PT Aero Wisata periode 2016-2019, serta Direktur Chief Corporate Affairs & Businessman Development Officer PT Jasa Angkasa Semesta (Jas) Tbk periode 2019-2020.

PT Jas, ketika Sigit menjabat sebagai direksinya, pernah menjajaki kerja sama dengan PT Pos Indonesia (Persero) terkait rencana Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang akan memproyeksikan Bandara Internasional Jawa Barat, Kertajati di Kabupaten Majalengka sebagai bandara kargo e-commerce.

Tahun 2021, Sigit Muhartono kemudian diangkat oleh Menteri BUMN Erick Thohir sebagai nahkoda baru PT Perinus menjelang pembentukan holding BUMN klaster pangan.

Merger dan holding BUMN pangan

Sebagai Dirut baru Perinus, Sigit Muhartono menghadapi sejumlah tugas penting yang salah satunya adalah memuluskan proses merger antara Perusahaan Umum Perikanan Indonesia (Perum Perindo) dengan PT Perinus menjelang pembentukan holding BUMN klaster pangan.

Pemerintah punya rencana besar untuk mendongkrak bisnis maritim di sektor perikanan lokal melalui merger dua BUMN perikanan tersebut yang akan dilakukan pada semester pertama 2021.

Konsep bisnis merger Perindo dan Perinus akan membentuk kekuatan baru di sektor perikanan karena Perindo unggul dalam pengelolaan pelabuhan perikanan dan budi daya, sedangkan Perinus ulung pada bidang perikanan tangkap.

Bisnis pelabuhan Perindo antara lain Pelabuhan Perikanan Jakarta, Pelabuhan Perikanan Belawan, Pekalongan, Pemangkat, Brondong, Prigi, Lampulo Tarakan dengan menyediakan enam unit sarana produksi cold storage berkapasitas 3.200 ton, empat unit pengelolaan ikan, layanan docking, kapal tangkap dan tampung, pabrik es, hingga fasilitas pengolahan air laut (SWRO).

Selain itu kekuatan Perindo juga terletak pada lini bisnis budi daya dengan lokasi tambak seluas 38 hektare, keramba jaring apung 427 holes dengan didukung pabrik pakan ikan serta udang berkapasitas produksi 6 ton per jam untuk menciptakan budi daya terintegrasi.

Bisnis Perinus terletak pada penangkapan dan pembelian ikan dengan mitra nelayan, serta pengelolaan ikan mulai dari ikan segar, ikan beku, dan ikan fillet.

Merger ini menargetkan pertumbuhan bisnis Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 26 persen dalam lima tahun ke depan dengan bertumpu pada bisnis perdagangan ikan dan pakan. Sedangkan untuk existing business seperti jasa kepelabuhanan diprediksi CAGR tumbuh 15 persen dan perdagangan ikan 22 persen.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed